Analisis Mutu Pelayanan Keperawatan Berbasis Persepsi Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit (kode150)

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam era globalisasi saat ini persaingan bisnis menjadi sangat tajam, baik di pasar domestic (Nasional) maupun di pasar Internasional atau global. Untuk memenangkan persaingan, perusahaan harus mampu memberikan kepuasan kepada para pelanggannya, misalnya dengan memberikan produk yang lebih berkualitas, lebih murah dan pelayanan yang lebih baik daripada persaingannya. Suatu produk di katakan berkualitas apabila dapat memenuhi kebutuhan pelanggannya. (Supranto, 2006:1)
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) menyebutkan bahwa: “Upaya kesehatan, termasuk upaya kesehatan di Rumah Sakit harus bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan dapat dijangkau oleh masyarakat luas. Unutuk itu perlu digunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan serta teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat luas, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan”.
Criteria mutu pelayanan dalam hal ini tidaklah semata-mata didasarkan pada mutu pengobatan dan tindakan medis yang dilakukan saja, tetapi juga menyangkut aspek-aspek social ekonomi seperti keterjangkuan biaya, perhatian pada kebutuhan pelayanan individual pasein dan kemampuan pemerintah dalam menunjang pembiayaan.
Agar penyelenggaraan pelayanan kesehatan dapat mencapai tujuan yang diinginkan maka pelayanan harus memenuhi berbagai syarat, diantaranya: tersedia (available), wajar (appropriate), berkesinambungan (continue), dapat  diterima (acceptable), dapat dicapai (accessible), dapat dijangkau (affordable), serta bermutu (quality). Kesemua syarat tersebut sama pentingnya dan pada akhir-akhir ini upaya meningkatkan mutu pelayanan semakin mendapat perhatian yang lebih besar, hal ini mudah dipahami karena apabila pelayanan kesehatan yang bermutu dapat diselenggarakan, bukan saja akan meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan, tetapi sekaligus juga akan dapat meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan.
Berubahnya harapan masyarakat menjadi alasan lain mengapa peningkatan kualitas layanan kesehatan harus diterapkan dalam layanan kesehatan. Jumlah lembaga konsumen semakin banyak dan akan menginformasikan hakm individu atau kelompok. Beberapa diantaranya telah menyusun standar layanan kesehatan yang akan digunakan dalam pemberian layanan kesehatan pada pasien. Media massa dengan giat membicarakan persoalan tersebut dan kemudian mengkampayekan  peningkatan kulitas pelayanan kesehatan.
Desakan masyarakat telah menimbulkan keharusan untuk membuat layanan kesehatan semakin efisien. Masyarakat umumnya mendapat informasi yang lebih baik tentang layanan kesehatan dan hak mereka terhadap layanan kesehatan. Keadaan itu akan semakin nyata dalam era demokrasi dan otonomi. Jika mereka merasa layanan kesehatan yang diberikan tidak memenuhi persyaratan kualitas layanan kesehatan, mereka akan mengeluh atau menulis di Koran (Pohan, 2008:55-56).
Robert dan Prevost, 1987 (Azwar, 2001:48-49) mengidentifikasi tiga dimensi terkait yang digunakan pleh para pemakain jasa dalam mengevaluasi kualitas pelayanan kesehatan. Ketiga dimensi kualitas pelayanan itu adalah: 1) Kemampuan petugas dalam menangani penyakit yang sedang diderita pasien, 2) Ketanggapan petugas memenuhi kebutuhan pasien dan, 3) Kelancaran komunikasi petugas dengan pasien.
Secara teori dikemukanan oleh Pasuraman dkk (1985) terdapat lima gap (kesenjangan) yang menyebabkan kegagalan dalam penyampain jasa meliputi: a) Gap antara harapan konsumen dan persepsi manajemen, b) Gap antara persepsi manajemen terhadap harapan konsumen dan spesifikasi kualitas jasa, c) Gap antara spesifikasi kualitas dan penyampaian jasa, d) Gap antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal, e) Gap antara jasa yang dirasakan (service Quality) dan jasa yang diharapkan (Tjiptono, 2008:110).
Dalam Jacobalis (1998) (dikutip dalam Sabarguna, 2004:1) Quality Assurance atau kualitas pelayanan adalah suatu program berlanjut dan sistematik memantau dan menilai kualitas dan kewajaran asuhan terhadap pasien, menggunakan peluang untuk meningkatkan asuhan pasien dan memecahkan masalah-masalah yang terungkap.
Rumah Sakit adalah suatu fasilitas yang menyediakan rawat inap dan rawat jalan yang memberikan pelayanan kesehatan jangka pendek dan jangka panjang yang terdiri dari observasi, diagnostic, terapeutik dan rehabilitative untuk ornag-orang yang menderita sakit, cidera dan melahirkan. Istilah Rumah Sakit juga berarti suati institusi, bangunan atau saranan yang mempunyai  tempat tidur bagi dewasa dan anak, yang memberikan pelayanan 24 jam (Depkes, 2007:1).
Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, Rumah Sakit mempunyai indicator kualitas pelayanan diantaranya adalah: 1) BOR (Bed Occupancy Rate) yaitu persentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indicator ini memberikan gambaran tentang tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur Rumah Sakit. 2) ALOS (Average Length of Stay) yaitu rata-rata lamanya perawatan seorang pasien. 3) BTO (bed Turn Over) yaitu frekuensi pemakainan tempat tidur dalam satu satuan waktu. Indicator ini memberikan gambaran tingkat pemakaian tempat tidur Rumah Sakit (Muninjaya, 2004:230).
Disadari bahwa mutu pelayanan yang kurang baik akan menyebabkan pemborosan waktu dan sumberdaya, meningkatkan kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan pelayanan dan meningkatkan resiko untuk terjadi kesulitan lainnya. Sedikitnya 85% dari masalah pelayanan kesehatan adalah pada proses pelaksanaan pelayanan, dan masalah pada proses tersebut adalah masalah mutu pelayanan diantaranya pelayanan keperawatan. Untuk menjawab tantangan dan untuk memperbaiki kualitas.mutu palayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan dilakukan analisis mutu.
Kondisi dilematis Rumah Sakit pemerintah yang dituntut menjalankan misinya sebagai suatu institusi pelayanan social dengan mengutamakan pelayanan kepada masyarakat banyak serta harus tetap memperhatikan etika pelayanan dan rumah sakit juga sebagai suatu unit usaha, yang tentunya juga memperhatikan prinsip ekonomi. Rumah Sakit dituntut dapat memenuhi semia kebutuhan biaya operasionalnya sekalipun rumah, sehingga dalam menilai tingkat keberhasilan atau gambaran tentang keadaan pelayanan di Rumah Sakit dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu; tingkat pemanfaatan sarana pelayanan, mutu pelayanan, dan tingkat efisiensi pelayanan (Ditjen Yanmed, 2004).
Kondisi yang sama tentunya juga berlaku bagi Rumah Sakit yang merupakan salah satu Rumah Sakit milik pemerintah Daerah Sulawesi Selatan berada pada dengan klasifikasi type C dengan pelayanan rawat inap tersedia 100 tt yang terdiri dari 55 tt kelas III, 15 tt kelas II, 17 tt kelas I, Vip 8 tt dan non kelas (ICU/ICCU) 5 tt. Dalam pelaksanaan operasional dituntut pula untuk menghasilkan kinerja yang baik.
Selain  BOR yang relative rendah, LOS (Length of stay) serta TOI juga belum mencapai nilai ideal berdasarkan Ditjen Yanmed, padahal kinerja Rumah Sakit yang paling baik dan paling feasible neraca cost benefitnya apabila memiliki nilai ideal untuk rumah sakit dengan 100 tempat tidur adalah 66% (Supriyanto, 2003)
    Salah satu penyebab terjadinya infeksi diruang rawat inap disebabkan oleh kondisi lingkungan rawat inap, termasuk fasilitas pelayanan yang tidak hygienis. Sedangkan menyiapkan  fasilitas dan lingkungan untuk kelancaran pelayanan, bilan ditinjau berdasarkan tugas pokok dan fungsi, tugas tersebut merupakan tanggungjawab dari perawat. Berdasarkan fenomena yang ada dimasyarakat memperlihatkan bahwa kebutuhan terhadap pelayanan Rumah Sakit akan bergeser dari oreantasi curing (pengobatan) saja menjadi Curing dan Caring (pengasuhan), dan tuntutan pelanggan akan meminta layanan dengan kualitas tertinggi (Rijadi, 2004). Kenyataan ini memberikan gambaran bahwa perlu adanya kajian terhadap kinerja di unit rawat inap RSUD dalam upaya meningkatkan kinerja menjadi lebih baik.
    Nilai NDR dan GDR  tahun 2010, berdasarkan pada analisa pencapaian indicator mutu pelayanan rumah sakit dalam Rencana Kerja Tahunan RSUD Tahun 2010 dikarenakan terlambatnya pasien dibawa kerumah sakit dan masih rendahnya mutu pelayanan perawatan. Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan beberapa upaya telah dilakukan diantaranya pelatihan manajemen bangsal bagi kepala ruangan.
    Tentunya apabila hal ini terus berlangsung, maka akan terjadi penurunan kualitas dari pelayanan di rumah sakit yang merugikan pencitraan RSUD , sehingga pelayanan menjadi tidak puas, berakibat referensi rumah sakit lain menjadi pilihan berikutnya. Dampak yang nyata terlihat dari data kinerja rumah sakit menunjukkan di instalasi rawat inap pada tahun 2010 menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah pasien umum yang cukup tinggi. Sedangkan untuk jenis pembayaran Askes, Jamsostek juga masing-masing mengalami trend yang fluktuatif.
Dengan penurunan yang terjadi, memberikan gambaran bahwa referensi RSUD sebagai pilihan pencarian pengobatan menurun. Secara jelas dapat dilihat pada Tabel 2. Jika terdapat kesenjangan antara kinerja yang ingin dicapai dengan kinerja actual suatu organisasi, maka evaluasi terhadap berbagai aspek perlu dilakukan (David, 2002)
    Tidak tersedianya kotak saran/kritik pada tiap unit pelayanan rumah sakit dan tidak adanya unit pengaduan untuk complain pasien atau keluarganya berdampak pada minimnya informasi yang bersumber dari pasien sebagai pengguna jasa layanan rumah sakit.
    Dari beberapa hal yang telah diutarakan diatas, penurunan tingkat hunian dan kurangnya mutu pelayanan keperawatan perlu diperhatikan dan ditangani secara serius oleh manajer rumah sakit. Perhatian dan penanganan serius terhadap fasilitas pelayanan, mutu pelayanan kesehatan dan hak-hak pasien sebagai costumer rumah sakit berdampak pada kepuasan pasien dan keluarganya akan pelayanan rumah sakit sehingga masyarakat pengguna jasa rumah sakit akan tetap menjadikan RSUD sebagai pilihan utamanya dalam menangani permasalahan kesehatannya. Mengingat pentingnya peran costumer bagi Rumah Sakit dalam hal ini pasien dan keluarganya sebagai eksternal costumer rumah sakit, maka penulis mencoba menelaah mutu pelayanan kesehatan RSUD yang difokuskan pada pelayanan keperawatan dari persfektif pasien dan atau keluarganya dengan menganalisis  kebutuhan dan keinginan pelanggan (pasien).

B.    Rumusan Masalah
    Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang, maka peniliti merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana mutu pelayanan keperawatan di RSUD berdasarkan persepsi pasien dengan menilai tingkat kesesuaian antara kenyataan dan harapan pasien rawat inap akan pelayanan keperawatan?”

C. Tujuan Penelitian
    berdasarkan rumusan masalah diatas maka dapat dikemukakan tujuan penelitian sebagai berikut:
1.    Tujuan Umum
    Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang mutu pelayanan keperawatan pada rumah sakit berdasarkan perspektif Pasien/Costumer RSUD Kab. .
2.    Tujuan Khusus
a)    Menganalisis mutu pelayanan keperawatan dari perspektif pasien rawat inap di RSUD Kab. dengan melihat kemampuan, ketanggapan dan komunikasi perawat.
b)    Menganalisis mutu pelayanan keperawatan dari perspektif dokumentasi  penerapan Standar Asuhan Keperawatan pasien rawat inap di RSUD Kab. .
c)    Menganalisis kesesuaian persepsi mutu pelayanan keperawatan antara perspektif pasien rawat inap dengan perspektif dokumentasi penerapan Standar Asuhan Keperawatan.

D.    Manfaat Penelitian
1.    Manfaat Praktis
Sebagai informasi bagi manajemen RSUD Kab. , khususnya manajer keperawatan dalam menyusun upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan yang berbasis pada kebutuhan dan keinginan pasien akan pelayanan keperawatan, selaras dengan visi RSUD .
2.    Manfaat Ilmiah
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah cakrawala ilmu pengetahuan dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan keperawatan di rumah sakit melalui analisis mutu serta menambah khasanah/memperluas wawasan ilmu pengetahuan untuk pengembangan bagi penelitian mendatang.
3.    Manfaat Bagi Peneliti
Bagi peneliti merupakan sebuah pengalaman baru yang sangat berharga dan dapat memperluas wawasan serta pengetahuan seputar masalah penelitian ilmiah. Selain itu, juga merupakan persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana dibidang kesehatan masyarakat.

silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul
https://sites.google.com/site/androskripsi/KTI%20Skripsi%20kode150.zip?attredirects=0&d=1

Analisis Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu (kode149)

BAB I
PENDAHULUAN


1.1    Latar Belakang
Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangan tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Gangguan gizi yang terjadi pada balita mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan baik pada masa balita maupun masa berikutnya, sehingga perlu mendapatkan perhatian {Supariasa, 2002).
Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1457/ MENKES/ SK/X/2003 tentang standar pelayanan minimal bidang kesehatan di sebutkan bahwa pemantauan pertumbuhan merupakan salah satu dari kewenangan wajib yang harus dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota.
Kegiatan Pemantauan Pertumbuhan Balita dapat dilihat dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) balita, dimana balita yang sehat tiap bulan naik berat badannya. Untuk mengetahui keadaan balita sehat, maka perlu ditimbang setiap bulannya di Posyandu atau tempat pelayanan kesehatan lainnya (Soetjiningsih, 1995)
Tahun 2008 di Jawa Barat, cakupan B/S belum memenuhi target yaitu 78,3% dari target 80% dan tahun 2008 di Indonesia, cakupan D/S 71,0% dari yang ditargetkan 80% (http://www.penimbangan.net).
Di Kabupaten tahun, hasil penimbangan balita dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1.1
Cakupan Penimbangan Balita Per Puskesmas diKabupaten
Berdasarkan tabel di atas, cakupan penimbangan balita di Kabupaten belum memenuhi target. Hal ini dapat dilihat dari hasil pencapaian cakupan penimbangan balita sebesar 72.26% dari yang ditargetkan 80%. Dari 29 Puskesmas di , UPTD Puskesmas merupakan Puskesmas yang pencapaian cakupan penimbangan balita paling kecil yakni 55.70 dari target 80%.
Sedangkan di UPTD Puskesmas tahun , hasil penimbangan balita dapat dilihat dari tabel berikut ini :
Tabel 1.2
Cakupan Penimbangan Balita Per Desa di Wilayah Kerja
UPTD Puskesmas
Berdasarkan tabel di atas, cakupan D/S di wilayah kerja UPTD Puskesmas belum memenuhi target. Hal ini dapat dilihat dari pencapaian cakupan penimbangan balita sebesar 55.70% dari target 80%. Berdasarkan studi pendahuluan, rendahnya cakupan D/S di objek penelitian antara lain disebabkan beberapa factor yaitu masih rendahnya pendidikan ibu, pengetahuan ibu, keaktifan kader, dan penyuluhan tenaga kesehatan.
Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Tahun ”.

1.1    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah belum diketahuinya analisa cakupan penimbangan balita di Posyandu UPTD Puskesmas tahun .

1.2    Ruang Lingkup Penetitian
Ruang lingkup penelitian ini adatah variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini variahel bebasnya pendidikan ibu, Pengetahuan ibu, keaktifan kader dan penyuluhan tenaga kesehatam. Sedangkan variabel terikatnya cakupan penimbangan batita dan Posyandu. Subjek penelitian ini adalah seluruh balita yang ada di Posyandu di wilayah kerja UPTD Puskesmas tahun yang berjumlah 66 balita, penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli-September di UPTD Puskesmas Kabupaten .Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dengan cara melakukan wawancara dan kuesioner. Metode penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan Cross Sectional.

1.3    Tujuan Penelitian
1.3.1    Tujuan Umum
Untuk mengetahui analisa cakupan penimbangan balita di Posyandu di wilayah kerja UPTD Puskesmas tahun .
1.3.2    Tujuan Khusus
1.3.2.1    Diketahuinya gambaran cakupan penimbangan balita di Posyandu UPTD Puskesmas tahun .
1.3.2.2    Diketahuinya gambaran pendidikan tentang penimbangan balita di Posyandu UPTD Puskesmas tahun .
1.3.2.3    Diketahuinya gambaran pengetahuan tentang penimbangan balita di Posyandu UPTD Puskesmas tahun .
1.3.2.4    Diketahuinya gambaran keaktifan kader tentang penimbangan balita di Posyandu UPTD Puskesmas tahun .
1.3.2.5    Diketahuinya gambaran penyuluhan tenaga kesehatan di Posyandu UPTD Puskesrnas tahun
1.3.2.6    Diketahuinya hubungan pendidikan dengan penimbangan balita di Posyandu di wilayah kerja UPTD Puskesmas tahun .
1.3.2.7    Diketahuinya hubungan pengetahuan dengan penimbangan balita di Posyandu di wilayah kerja UPTD Puskesmas tahun .
1.3.2.8    Diketahuinya hubungan keaktifan kader dengan penimbangan balita di Posyandu di wilayah kerja UPTD Puskesmas tahun .
1.3.2.9    Diketahuinya hubungan penyuluhan tenaga kesehatan dengan penimbangan balita di Posyandu wilayah kerja UPTD Puskesmas tahun .

1.4    Manfaat Penelitian
1.4.1    Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti terutama untuk menambah wawasan dalam hal mengetahui analisa cakupan penimbangan balita di Posyandu serta menjadi suatu kesempatan yang berharga bagi peneliti untuk dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama masih kuliah.
1.4.2    Bagi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai dokumentasi pada perpustakaan Program Studi D III Kebidanan STIKes, serta dapat dikembangkan lebih luas dalam penelitian selanjutnya.
1.4.3    Bagi Puskesmas
Diharapkan dapat memberikan informasi secara objektif tentang aoalisa cakupan penimbangan balita di Posyandu, sehingga menjadi pedoman dalam meningkatkan kualitas posyandu serta meningkatkan pemanfaatan posyandu oleh masyarakat yang di dukung oleh kualitas tenaga kesehatan.
1.4.4    Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan informasi untuk meningkatkan cakupan penimbangan balita di Posyandu dalam rangka meningkatkan cakupan penimbangan balita.

silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul
https://sites.google.com/site/androskripsi/KTI%20Skripsi%20kode149.zip?attredirects=0&d=1

Tinjauan Peminjaman Berkas Rekam Medis Guna Menunjang Pelayanan Kesehatan di RS (kode148)

ABSTRACT

Evaluation Loaning Of Medical Record Utilize To Support Service Of Health To Rumkit.

One of the medium which supporting the make-up of hospital management is management of medical record. Medical record represent activity process started by moment accepting of pasient at home pain, later then record keeping of patient sis data during the patient get service of ill sis at home and continued with service bind medical record which cover depository management and also expenditure bind from repository to serve loaning of patient or for other medical. Target of public that is to know public picture about loaning bind medical record utilize to support service of health in Rumkit .
How loaning procedure bind medical record, how execution of loaning bind medical record, factor any kind of becoming cause in execution of loaning bind medical record, in Rumkit .This scope research is executed by during 3 week on 14 Juli-16 August in Rumkit which is have location to road, street of ciumbeleuit No. 203 .Measurement and perception of variable research of writer take population counted 700 patient and take sample counted 248 patient. Data collecting weared that is with interview, observation, bibliography study technics and data analysis weared to use descriptive method.
Result of obtained by research is writer is procedur of loaning bind medical record for the sake of patient control not yet walked better because there is no procedure him remain to going into effect, execution of loaning bind medical record which do not quickly reach 61% while which do not easy to in intake 62%.
Conclusion of this research that is there is not procedure him supporting for the sake of patient control so that loaning bind medical record not yet walked better, execution of loaning bind medical record which do not quickly in intake bind medical record reach 61% while intake bind medical record which do not easy to reach 62% with amount of sample counted 248 patient, cause factor in execution of loaning bind medical record not yet pursuant to because there is no procedure him remain to about loaning for patient control and not yet the understanding of about rule of loaning procedure.
Suggestion of this research that is making procedure remain to pass agreement about loaning bind medical record for the sake of control patient, existence of policy to increasehuman resource pass through training and education, socializing to related unit about loaning routinely, periodic and schedule. Gyration Reference Year


BAB I
PENDAHULUAN


1.    Latar Belakang
Pembangunan nasional dibidang kesehatan merupakan harapan bagi bangsa Indonesia dan ini dapat di wujudkan dengan cara meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dengan didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas. semua itu dapat terlihat dari tingkat kehidupan masyarakat yang optimal salah satunya adalah kesehatan.
Sehat merupakan keinginan semua orang, baik itu perorangan, keluarga, maupun masyarakat. Sehat adalah: keadaan sejahtera baik fisik, mental, dan sosial dan tidak terbatas pada keadaan bebas dari penyakit atau cacat menurut World Health Organization (WHO). Sebagaimana tertera dalam Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan yang menyatakan bahwa setiap warga Negara berhak memperoleh derajat kesehatan. Untuk mewujudkan keadaan sehat tersebut, maka perlu diselenggarakan sarana pelayanan kesehatan, salah satu sarana pelayanan kesehatan adalah rumah sakit.
Pengertian rumah sakit adalah sarana pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat di manfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian (Permenkes No.159b/Men.Kes/Per/II/1998).
Naiknya tingkat keinginan seseorang memeriksakan diri ke rumah sakit tidak menutup kemungkinan munculnya persaingan di dalam organisasi rumah sakit, dengan banyaknya bermunculan rumah sakit. rumah sakit yang baru menyediakan berbagai macam pelayanan kesehatan, dalam menghadapi persaingan di era globalisasi. rumah sakit tersebut juga melakukan pembenahan mutu pelayanan rumah sakit dan peningkatan manajemen rumah sakit, agar tetap mampu bertahan dan tidak kehilangan pelanggan serta kualitas pelayanan rumah sakit yaitu sumber daya manusia rumah sakit, juga perlu diperhatikan pihak eksternal yaitu pelanggan rumah sakit
Salah satu sarana yang menunjang peningkatan manajemen rumah sakit adalah penyelenggaraan rekam medis. Rekam medis merupakan proses kegiatan yang dimulai saat diterimanya pasien di rumah sakit, kemudian pencatatan data medik pasien selama pasien tersebut mendapat pelayanan medik di rumah sakit dan dilanjutkan dengan pelayanan berkas rekam medis yang meliputi penyelenggaraan penyimpanan serta pengeluaran berkas dari tempat penyimpanan untuk melayani peminjaman dari pasien atau untuk keperluan medis lainnya.
    Unit rekam medis mempunyai kegiatan yang sangat beragam tidak terpaku hanya dengan kegiatan pencatatan saja, tetapi rekam medis juga merupakan sumber data dan informasi dari awal pasien masuk, diberi tindakan, sampai pasien pulang, semua dicatat dalam berkas rekam medis. Data yang dicatat dalam rekam medis tersebut, diolah untuk dijadikan sebagai informasi atau laporan baik bagi pihak intern maupun ekstern.
    Selain sebagai sumber data dan informasi rekam medis juga mempunyai peranan diantaranya penyimpanan berkas rekam medis, peminjaman berkas rekam medis.
Berdasarkan pengamatan sementara penulis, di Rumkit peminjaman berkas rekam medis masih mengalami ketidak lancaran.
Bertitik tolak dari hal tersebut di atas maka penulis tertarik untuk mengambil judul:      
TINJAUAN PEMINJAMAN BERKAS REKAM MEDIS GUNA MENUNJANG PELAYANAN KESEHATAN DI RUMKIT  “”
  .
2.    Perumusan Masalah
    Dari permasalahan yang telah di uraikan pada bagian latar belakang, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1.    Bagaimana prosedur peminjaman berkas rekam medis di Rumkit  TK. II Dr. ““ ?
2.    Bagaimana pelaksanaan peminjaman berkas rekam medis di Rumkit ?
3.    Faktor apa saja yang menjadi penyebab dalam pelaksanaan peminjaman berkas rekam medis di Rumkit ?

3.    Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian terdiri dari:
1.    Tujuan Umum
     Untuk mendapatkan gambaran umum tentang peminjaman berkas rekam medis guna menunjang pelayanan kesehatan di Rumkit .
2.    Tujuan Khusus
a.    Mengidentifikasi prosedur peminjaman berkas rekam medis di Rumkit .
b.    Mengidentifikasi pelaksanaan peminjaman berkas rekam medis di Rumkit
c.    Mengidentifikasi adanya faktor penyebab dalam pelaksanaan peminjaman berkas rekam medis di Rumkit “” .

4.    Manfaat Penelitian
1.    Bagi Rumah Sakit
a)    Untuk membina hubungan baik antara pihak rumah sakit dengan akademik.
b)    Sebagai bahan masukan bagi rumah sakit khususnya pada bagian rekam medis.
2.    Bagi Akademik
a)    Tambahan daftar pustaka sebagai referensi.
b)    Sebagai salah satu pertimbangan dalam pemberian materi pembelajaran yang lebih mengarah kepada keadaan di unit rekam medis.
3.    Bagi Penulis
a)    Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai ilmu rekam medis.
b)    Dapat menerapkan teori yang diperoleh selama perkuliahan dengan kenyataan dilapangan.

silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul
https://sites.google.com/site/androskripsi/KTI%20Skripsi%20kode148.zip?attredirects=0&d=1

Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang Periksa Payudara Sendiri (SADARI) di SMU (kode147)

BAB I
PENDAHULUAN


1.1    Latar Belakang
Masa remaja merupakan suatu periode rentan kehidupan manusia yang sangat kritis karena merupakan tahap transisi dari masa kanak-kanak kemasa dewasa. Pada tahap ini sering kali remaja tidak menyadari bahwa suatu tahap perkembangan sudah dimulai, namun yang pasti setiap remaja akan mengalami suatu perubahan baik fisik, emosional maupun sosial (Dianawati, 2003: 25).
Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan fisik maupun perubahan biologis yang dalam perkembangan selanjutnya berada dibawah kontrol hormon-hormon khusus. Pada wanita, hormon-hormon ini bertanggung jawab atas permulaan proses ovulasi dan menstruasi, juga pertumbuhan payudara. Pada masa ini sudah seharusnya para remaja putri mulai memperhatikan perubahan yang ada pada dirinya, juga halnya dengan payudara dan kesehatanya. Maka tidak aneh jika dikatakan bahwa kitalah orang pertama yang paling mungkin menemukan benjolan pada payudara kita, bagaimanapun juga, kitalah satu-satunya yang paling mengenal tubuh kita. Payudara merupakan estetika kaum wanita dan daya tarik seksual yang utama sejak dahulu kala didalam bermacam-macam masyarakat, payudara wanita merupakan fokus obyek seni. Tetapi dijaman dan kebudayaan beberapa tahun belakangan ini ada sambutan hangat terhadap pemberian ASI dengan segala keuntunganya bagi ibu maupun bayinya. Dengan seluruh aktifitas didalam payudara sehubungan dengan perkembangan dalam kehidupan seorang wanita dan juga perubahan siklus yang biasa disebabkan oleh periode menstruasi teratur, sebaiknya semua wanita bermawas diri terhadap masalah yang mungkin timbul pada payudara mereka, sebaiknya pemeriksaan dapat dimulai dari waktu remaja dan pemeriksaan yang rutin dan teratur untuk mendeteksi tanda-tanda dini persoalan payudara merupakan kebiasaan yang sangat baik yang harus dilakukan sejak dini. Seorang remaja putri dapat memeriksa payudara sendiri (SADARI) pada saat mandi dengan menggunakan jari-jari tangan sehingga dapat menentukan benjolan pada lekukan halus payudaranya. Bagi banyak wanita kejadian sangat mengejutkan pada waktu sebuah benjolan sudah nampak dengan jelas, kemungkinanya adalah bahwa benjolan tersebut adalah kanker, maka seseorang mungkin telah kehilangan waktu yang berharga untuk memulai pengobatan sedini mungkin. Jadi jalan yang paling bijaksana adalah memeriksa payudara kira secara teratur pada selang waktu yang tertentu pula. Dengan cara ini, kelainan yang terkecil sekalipun dapat ditemukan dan langkah-langkah aktif untuk perngobatan dapat dimulai sedini mungkin (Gilbert, 1996: 41).
Di dunia, kematian akibat kanker diperkirakan sekitar 4,3 juta pertahun 2,3 juta diantaranya ditemukan dinegara berkembang, sedangkan jumlah penderita baru sekitar 3,9 juta pertahun dan terdapat dinegara berkembang sekitar 3 juta (Hidayati, 2001: 195).
Di negara maju insiden kanker payudara 87 per 100.000, angka kematianya kira-kira 27 per 100.000 (Tambunan 1995 : 26). Diantara tumor ganas ginekologi kanker payudara menduduki tempat nomor 2 dari insiden semua tipe kanker di Indonesia. Data terbaru berdasarkan penelitian pada 13 laboratorium patologi anatomi di Indonesia menempatkan kanker serviks diurutan pertama dengan per evaluasi 18,62% disusul kanker payudara 11,22% dan kanker kulit 8,03% (Hidayati 2001 : 197). Secara statistik di Amerika dan juga di Indonesia 95% dari semua tumor / kanker payudara ditemukan oleh penderita itu sendiri (Ramli, 2000 : 75).
Dewasa ini di Indonesia penyakit kanker dirasakan semakin menonjol, hal ini dapat dilihat dari sebagai laporan rumah sakit yang menyebutkan penyakit kanker cenderung menjadi salah satu penyebab utama kematian pada usia produktif. Survei kesehatan rumah tangga (SKRT) menunjukan proporsi penyebab kematian karena kanker semakin meningkat dari 1,3% pada tahun 1976 menjadi 3,4% pada tahun 1980, 4,3% pada tahun 1986 dan 4,8% pada tahun 1992.
Kira-kira sepertiga dari penyakit kanker dapat ditemukan cukup dini untuk dapat disembuhkan. Di bagian bedah FKUI/RSCM selama tahun 1971 – 1978 dari 735 kasus penderita payudara 267 (40%) masih merupakan kasus yang dapat dioperasi. Selama tahun 1988 sampai dengan 1996 dari 566 kasus kanker payudara 185 (32,6%) masih menunjukan kasus-kasus yang operable. Berdasarkan data pra survei berupa pertanyaan lisan yang dilakukan oleh peneliti dengan 20 siswa perempuan di SMUN1 tentang masalah SADARI terdapat 18 orang siswi perempuan yang belum mengetahuinya. Persoalanya adalah bagaimana cara memasyarakatkan SADARI sejak mulai remaja untuk mendetekasi segala kelainan/keganasan pada payudara. Oleh sebab itu penulis berminat untuk mengukur sejauh mana pengetahuan siswi SMU ini yang mempunyai jumlah siswa 610 orang yang terdiri dari siswi perempuan 402 orang dan siswa laki-laki 208 orang dari kelas I sampai kelas III (Data TU SMUN 1 , )

1.2    Identifikasi Masalah
Masalah yang teridentifikasi dari prasurvei tesebut diatas adalah :
1.2.1    Dinegara maju insiden kanker payudara 87 per 100.000, angka kematianya kira-kira 27 per 100.000 (Tambuan 1995 : 26). Diantara tumor ganas ginekologi kanker payudara menduduki tempat nomor dua dari insiden semua tipe kanker di Indonesia. (Ramli,  2000 : 75).
1.2.2    Kira-kira sepertiga dari penyakit kanker payudara dapat ditemukan cukup dini untuk dapat disembuhkan. Dibagian bedah FKUI/RSCM selama tahun 1971-1978 dari 735 kasus penderita kanker payudara 267 (40%) masih merupakan kasus yang dapat dioperasi.
1.2.3    Dari 20 siswa perempuan di SMU N 1 terdapat 18 siswi perempuan yang belim mengetahui tentang masalah SADARI.

1.3    Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimana tingkat pengetahuan remaja putri tentang SADARI di SMU N 1 tahun ”

1.4    Pertanyaan Penelitian
Bagaimana tingkat pengetahuan remaja putri tentang periksa payudara sendiri (SADARI) di SMU N 1 ,

1.5    Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mempunyai beberapa tujuan yaitu :
1.5.1    Tujuan Umum
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tengang SADARI di SMU Nenegri 1 tahun
1.5.2    Tujuan Khusus
1.    Diketahuinya tingkat pengetahuan remaja putri tentang pengertian SADARI di SMU Negeri 1 tahun
2.    Diketahuinya tingkat pengetahuan remaja putri tentang tujuan SADARI di SMU Negeri 1 .
3.    Diketahuinya tingkat pengetahuan remaja putri tengang kapan waktu melakukan SADARI di SMU Negeri 1 tahun
4.    Diketahuinya tingkat pengetahuan remaja putri tentang cara melakukan SADARI di SMU Negeri 1 tahun
5.    Diketahuinya tingkat pengetahuan remaja putri tentang hasil pemeriksaan SADARI di SMU Negeri 1 tahun

1.6    Manfaat Penelitian
1.6.1    Bagi Akademi Kebidanan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan mahasiswa khususnya Program Studi Kebidanan.
1.6.2    Bagi Staf Pengajar SMU Negeri 1
Hasil penelitan diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengelola pendidikan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan di SMU Negeri 1 dengan cara memberikan materi SADARI pada pelajaran biologi.
1.6.3    Bagi siswi perempuan di SMU Negeri 1
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dan tambahan pengetahuan bagi siswi SMU Negeri 1 agar dapat melakukan SADARI untuk mendeteksi dini segala kelainan yang ada pada payudara.
1.6.4    Bagi Peneliti
Untuk menambah pengalaman peneliti dan untuk mengetahui pengetahuan remaja putri tentang SADARI di SMU Negeri 1 sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta sebagai penerapan ilmu yang didapat selama pendidikan.

1.7    Ruang Lingkup Penelitian
Di dalam penelitian akan membatasi ruang lingkup yang diteliti, yaitu :
1.    Subjek
Subjek yang akan diteliti adalah siswi SMU Negeri 1 tahun
2.    Obyek
Obyek penelitian tentang tingkat pengetahuan siswi / remaja putri SMU Negeri I Tahun tentang SADARI.
3.    Lokasi
Lokasi penelitian di SMU Negeri 1
4.    Waktu
Waktu penelitian mulai bulan Januari  sampai dengan

silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul
https://sites.google.com/site/androskripsi/KTI%20Skripsi%20kode147.zip?attredirects=0&d=1

Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Puskesmas (kode146)

BAB I
PENDAHULUAN


1.1    Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang ditandai dengan demam mendadak, pendarahan dikulit maupun dibagian tubuh lainnya yang dapat menimbulkan syok bahkan kematian. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue dengan perantara nyamuk Aedea Agypti. (Krianto, 2009).
Tentu mencegah selalu lebih baik daripada mengobati artinya kita perlu selalu waspada dengan keberadaan nyamuk penyebab demam berdarah. Nyamuk Aedes Agypti senang sekali tumbuh dan berkembang di genangan air yang bersih, seperti penampungan air, bak mandi, pot bunga, dan gelas. Mungkin tempat – tempat tersebut pernah dikira sebagai lingkungan yang dipilih hewan ini. Oleh karena itu populasi nyamuk ini meningkat di musim hujan. (Satari, 2009)
Penyakit demam berdarah di Indonesia pertama kali ditemukan di Surabaya pada tahun 1958 sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal dunia. Mulai saat itu penyakit inipun menyebar luas kepenjuru Indonesia. Kejadian luar biasa (KLB) terjadi pada tahun 1998 dimana Departemen Kesehatan RI mencatat sebanyak 2.133 korban terjangkit penyakit ini dengan jumlah korban meninggal 1.414 jiwa.
Demam berdarah banyak ditemukan didaerah tropis dan sub tropis. Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita demam berdarah di tiap tahunnya. Word Health Organization (WHO) mencatat Negara Indonesia sebagai Negara dengan kasus demam berdarah tertinggi di Asia Tenggara.. (www.Datinkes.worpress.com.2010).
Kasus penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia selama tahun 2009 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Menurut data sementara direktorat pengendalian penyakit bersumber binatang kementerian kesehatan, jumlah kasus dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) selama tahun 2009 sebanyak 137.600 kasus dengan 1.170 kematian, sedangkan jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) tahun 2008 sebanyak 126.600 kasus dengan 1.1784 kematian. (http://www.pdpersi.co.id.2010).
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Sumatera Utara pada tahun 2009 berjumlah 3.210 penderita yang meninggal 38 orang, itu data yang terkumpul hingga November daerah penderita terbanyak adalah dengan 1.275 orang dan 10 orang yang meninggal dunia. (www.google.2010).
Ketika penulis PBL (Praktek Belajar Lapaangan) di Puskesmas pada tahun 2009 lalu, penulis pernah melihat masyarakat melaporkan bahwa didaerahnya ada yang menderita kasus Demam Berdarah Dengue (DBD), dan berdasarkan data laporan sementara Puskesmas Tahun 2009, jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) dari bulan Januari – November sebanyak 70 orang dan 3 orang yang meninggal.
Pada tanggal 21 Januari penulis melakukan survey ke Puskesmas , jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) bertambah 5 orang di bulan Desember, jadi jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Puskesmas pada tahun 2009 sebanyak 75 orang, dan masuk kedalam 10 penyakit terbesar di Puskesmas ini. (Sumber:data Laporan Puskesmas .2009).
Berdasarkan latar belakang diatas penulis berpendapat bahwa kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) masih tergolong tinggi di Puskesmas .Maka dari itu penulis tertarik melakukan penelitian Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Kecamatan Wilayah Kerja Puskesmas .

1.2    Rumusan Masalah
Bagaimana Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Kecamatan Perjuangan Wilayah Kerja Puskesmas

1.3    Tujuan Penelitian
1.3.1    Tujuan Umum
Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Kecamatan Wilayah Kerja Puskesmas .
1.3.2    Tujuan Khusus
Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang tanda atau gejala Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Kecamatan Wilayah Kerja Puskesmas .
1.    Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyebab  Demam Berdarah Dengue (DBD) di Puskesmas ditinjau dari penyebabnya.
2.    Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Pencegahan  Demam Berdarah Dengue (DBD) di Puskesmas ditinjau dari pencegahannya.
3.    Diketahuinya Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Pengobatan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Puskesmas ditinjau dari pengobatannya.

1.4    Manfaat Penelitian
a.    Bagi Masyarakat
Sebagai masukan atau informasi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Kecamatan Wilayah Kerja Puskesmas .
b.    Bagi Tenaga Kesehatan
Dapat memberikan informasi tentang bagaimana Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Kecamatan Wilayah Kerja Puskesmas .

silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul
https://sites.google.com/site/androskripsi/KTI%20Skripsi%20kode146.zip?attredirects=0&d=1