Hubungan Preeklampsia dengan Berat Bayi Lahir Rendah (kode098)
Preeklampsia didefinisikan sebagai hipertensi yang terjadi selama kehamilan (tidak terdapatnya faktor-faktor penyebab hipertensi lainnya) yang dikombinasikan dengan edema menyeluruh atau proteinuria atau keduanya. Insiden preeklampsia adalah 7 – 10 % dari kehamilan dan merupakan penyebab kematian ibu nomor dua di Indonesia. Preeklampsia menyebabkan terganggunya aliran darah ke uteroplasenta dan dapat menyebabkan terjadinya berat bayi lahir rendah yang merupakan salah satu faktor penyebab kematian pada bayi. Faktor-faktor penyebab kematian bayi adalah asfiksia neonatorum (49 – 60 %), infeksi (24 – 34 %), berat bayi lahir rendah (15 – 20 %), trauma persalinan (2 – 7 %), cacat bawaan (1 – 3 %). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara preeklampsia dengan kejadian berat bayi lahir rendah di RSUP pada Tahun
Penelitian ini menggunakan metode analisis retrospektif dengan melihat data yang ada di rekam medis dan menggunakan Uji Crosstabs Chi Square sebagai uji statistik dalam pengolahan data. Sebagai subjek penelitian adalah ibu-ibu yang telah melahirkan di RSUP pada Tahun sebanyak 98 orang.
Dari penelitian ini didapatkan ibu yang melahirkan dengan preeklampsia sebanyak 26 orang (26,5 %) dan tidak preeklampsia sebanyak 72 orang (76,5 %). Berdasarkan hasil uji analisis statistik menggunakan uji chi square didapat nilai p value <0,001. Nilai p value yang didapat lebih kecil dibadingkan dengan nilai α (0,05) yang berarti hipotesis nol ditolak.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara preeklampsia dengan kejadian berat bayi lahir rendah di RSUP Tahun .Oleh karena itu, sebaiknya baik ibu hamil, instansi/pelayanan kesehatan serta pemerintah sangat memperhatikan kesehatan pada ibu hamil terutama dengan preeklampsia agar dapat menurunkan komplikasi preeklampsia.
Kata kunci : preeklampsia, berat bayi lahir rendah, hipertensi kehamilan, penyakit kehamilan
Preeclampsia is defined as a hypertension during pregnancy (without another factor of hypertension) which is combined with oedem or proteinuria or both of them. The incident of preeclampsia is about 7 – 10 % of pregnancies. It is the second mother death’s causes in Indonesia. Preeclampsia makes the disturbances of the blood flow to the uteroplacenta and can cause the low birth weight which is one of the cause for neonatal’s death. The cause factors that can make neonatal’s death is neonatorum asphyxia (49 – 60 %), infection (24 – 34 %), low birth weight (15 – 20 %), delivery trauma (2 – 7 %) and congenital (1 – 3 %). The study was conducted to investigate the relation between preeclampsia and low birth weight in RSUP year
The study used an analytic retrospective method by seeing the medical record and used the Chi Square Cross Tabs Test as the statistic test to analyze data. The subjects were 98 pregnant women who had born their babies in RSUP year
The results of this study showed 26 pregnant women (26,5 %) with preeclampsia and 72 pregnant women (76,5 %) without preeclampsia. The result of analyzed statistic test using chi square test was p value is <0,001. The p value of the analyzed data is fewer than α (0,05) which means the null hypothesis was rejected.
From the study, we can conclude that there is relationship between preeclampsia and low birth weight in RSUP year .Because of that, it is better for pregnant woman, health provider, and government to give more attention for the pregnant woman’s health especially with preeclampsia which can decrease the complication of preeclampsia.
Keywords : preeclampsia, low birth weight, pregnancy hypertension, pregnancy disease
1.1. Latar Belakang
World Health Organization (WHO) memperkirakan 585.000 perempuan meninggal setiap hari akibat komplikasi kehamilan, proses kelahiran dan aborsi yang tidak aman. Di Indonesia, angka kematian maternal per 100.000 kelahiran hidup adalah 390 pada tahun 1992 dan 307 pada tahun 2002 (WHO, 2009). Menurut data-data rumah sakit pendidikan di sebagian wilayah Indonesia, angka kematian maternal berkisar antara 51,6 sampai 206,3 per 10.000 persalinan. Angka kematian maternal di RS Pirngadi per 10.000 persalinan adalah 140,2 (1965-1969), 102 (1970-1974) dan 92,3 (1975-1979) (Mochtar, 1998).
Sepsis, perdarahan dan preeklampsia-eklampsia masih menjadi tiga penyebab utama kematian ibu hamil dan morbiditas obstetri (Benson, 1982). Menurut WHO (2004) secara keseluruhan, preeklampsia dan eklampsia sangat bertanggung jawab terhadap kurang lebih 14 % kematian maternal per tahun yaitu sekitar 50.000-75.000 kematian. Preeklampsia merupakan penyakit yang bisa mengakibatkan 17,6 % kematian maternal di Amerika Serikat (Lim, 2009). Tahun 2005 Angka Kematian Maternal (AKM) di Rumah Sakit seluruh Indonesia akibat preeklampsia dan eklampsia sebesar 4,91 % (8.397 dari 170.725) (Desi Risthiana Wati, 2009).
Preeklampsia didefinisikan sebagai hipertensi yang terjadi selama kehamilan (tidak terdapatnya faktor-faktor penyebab hipertensi lainnya) yang dikombinasikan dengan edema menyeluruh (termasuk wajah, leher dan ekstrimitas atas) atau proteinuria atau keduanya (Benson, 1982). Preeklampsia terjadi sekitar 8 % dari seluruh populasi, insiden bervariasi sesuai dengan lokasi geografis (Pernol, 1987). Di negara berkembang, insiden preeklampsia dilaporkan hingga 4 – 18 % (Lim, 2009). Pada penelitian yang dilakukan di RSUD Dr Pirngadi, pada tanggal 1 Maret 2001-3 1 Januari 2002 didapatkan lebih dari 100 kasus preeklampsia berat menurut Dina (2003) dalam Wati (2009). Menurut Sudhaberata (2000) dalam Istichomah (2004) preeklampsia juga dapat menyebabkan resiko persalinan prematur 2,67 kali lebih besar, persalinan buatan 4,39 kali lebih banyak dan mempunyai kecenderungan lebih tinggi untuk mendapatkan bayi dengan berat bayi lahir rendah.
Preeklampsia bisa menyebabkan kelahiran awal dan komplikasi fetus termasuk bayi prematur. Preeklampsia sangat bertanggung jawab terhadap 15 % kelahiran prematur di Amerika Serikat (Penoll, 1982). Melalui penelitian oleh Meis, dkk pada tahun 1995 – 1998 dalam menganalisis kelahiran sebelum usia gestasi 37 minggu yang dilakukan di NICHD maternal-fetal medicine Units Network, kelahiran prematur yang diindikasikan 43%-nya disebabkan oleh preeklampsia (Cunningham, 2005). WHO pada tahun 1961 mengganti istilah bayi prematur dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) karena disadari tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir adalah bayi prematur (Mochtar, 1998). Berat bayi lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir selamat dengan berat 2500 gram atau lebih kecil pada saat lahir (Pernoll, 1982). Frekuensi berat bayi lahir rendah di negara maju berkisar antara 3,6 – 10,8 % dan di negara berkembang berkisar antara 10 – 43 %. Rasio antara negara maju dan negara berkembang adalah 1: 4 (Mochtar, 1998).
Berat bayi lahir rendah dan kelahiran prematur merupakan kontributor utama dalam kematian bayi. Berat bayi lahir rendah dan kelahiran prematur semakin meningkat selama dua dekade kecuali perawatan neonatal yang sangat baik, kelahiran ini akan berlanjut menjadi penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada bayi (Fried, 2008).
Berdasarkan data statistik yang telah diuraikan sebelumnya, banyak sekali pengaruh preeklampsia terhadap kehidupan ibu dan bayi. Salah satu komplikasi pada preeklampsia adalah berat bayi lahir rendah pada bayi yang dilahirkan. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti hubungan antara preeklampsia dengan berat bayi lahir rendah di RSUP pada tahun
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Apakah terdapat hubungan antara ibu hamil yang menderita preeklampsia dengan kejadian berat bayi lahir rendah di RSUP ?
Adapun hipotesis nol pada penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan antara preeklampsia dengan terjadinya bayi lahir dengan berat bayi lahir rendah.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kasus preeklampsia dengan kejadian berat bayi lahir rendah di RSUP .1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui angka kejadian kasus preeklampsia pada ibu hamil di RSUP
2. Untuk mengetahui angka kejadian kasus berat bayi lahir rendah di RSUP
1.4. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk keperluan manajemen kesehatan masyarakat, misalnya pentingnya diadakan penyuluhan bahwa antenatal care perlu dilakukan secara teratur, sehingga dapat mendeteksi sedini mungkin kejadian preeklampsia yang akhirnya bisa menurunkan kemungkinan terjadinya berat bayi lahir rendah dan komplikasi yang lain.
2. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk bagian pediatri RSUP agar bisa mempertahankan dan meningkatkan kualitas kemampuan dan keterampilan petugas kesehatan serta sarana dan prasarana rumah sakit untuk menangani bayi dengan berat bayi lahir rendah yang dilahirkan oleh pasien preeklampsia atau pasien lainnya.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan yang dapat digunakan dalam menangani pasien preeklampsia.
4. Hasil penelitian ini semoga bisa menjadi masukan untuk penelitian selanjutnya.
Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan Pengetahuan Manfaat Tablet Zat Besi (kode085)
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal (Undang-Undang Kesehatan No.23 Tahun 1992 Bab III Pasal 3 :66).
Visi Indonesia sehat 2010 adalah bahwa masyarakat bangsa dan negara ditandai penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, salah satu indikator derajat kesehatan tersebut adalah angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
Kondisi derajat kesehatan masyarakat di Indonesia saat ini masih memprihatinkan, antara lain ditandai dengan masih tingginya AKI dan AKB. Berdasarkan SDKI Tahun 2002, AKI di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara-negara maju yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup, demikian dengan AKB menunjukkan angka yang masih tinggi yaitu 35 per 1.000 kelahiran hidup, angka tersebut masih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya (Depertemen Kesehatan RI, 2004).
Menurut hasil perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat Tahun 2005, Angka Kematian Ibu (AKI) di Jawa Barat masih tinggi yaitu sebesar 321,15 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan Angka kematian Bayi (AKB) sebesar 43,83 per 1000 kelahiran hidup (Depertemen Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2004). Di Kabupaten jumlah kematian ibu tahun 2006 sebesar 28 orang dan kematian bayi sebesar 470 orang, salah satu penyebab atau faktor tidak langsung kematian ibu tersebut adalah karena anemia pada ibu hamil.
Menurut WHO kejadian anemia dalam kehamilan berkisar antara 20% sampai 89%, bila mengacu pada definisi WHO (1972) dengan menetapkan Hb 11 gr% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan sebagaian besar karena kekurangan zat besi.
Pengaruh anemia pada kehamilan bisa mengakibatkan terjadinya abortus, partus prematurus dan jika kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 6 gram% bisa terjadi dekompensasi kordis, dalam persalinan bisa terjadi partus lama karena inersia uteri, dalam nifas bisa terjadi perdarahan post partum karena atonia uteri, syok dan infeksi (Manuaba, 2001).
Kebutuhan zat besi ibu selama kehamilan adalah 800 mg, diantaranya 300 mg untuk janin, plasenta dan 500 mg untuk pertambahan eritrosit ibu, dengan demikian ibu membutuhkan tambahan sekitar 2-3 mg zat besi per hari (Prawirohardjo, 2002). Melihat besarnya manfaat zat besi untuk mencegah anemia pada kehamilan dimana bila terjadi anemia bisa berdampak buruk bagi ibu serta janin yang dikandungnya, maka semua ibu hamil perlu pengetahuan yang memadai tentang manfaat zat besi ini.
Menurut laporan kesehatan ibu dan anak pada bulan Januari-April Tahun di UPTD Puskesmas jumlah ibu hamil 202, sedangkan ibu hamil yang anemia berjumlah 26 orang. Dari 10 ibu hamil yang anemia yang dilakukan wawancara terdapat 3 ibu hamil yang mengatakan tidak rutin meminum tablet zat besi dan belum mengetahui manfaat dari tablet zat besi.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah tersebut dalam penelitian tentang “Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan Pengetahuan Manfaat Tablet Zat Besi di Wilayah UPTD Puskesmas Tahun
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah “Belum diketahuinya hubungan karakteristik ibu dengan pengetahuan manfaat tablet zat besi di UPTD Puskesmas Kecamatan Kabupaten Tahun ”.
Dalam rumusan masalah tersebut maka pertanyaan penelitian adalah “Apakah ada hubungan karakteristik ibu dengan pengetahuan manfaat zat besi di UPTD Puskesmas Kecamatan Kabupaten Tahun ”.
1.3 Ruang lingkup Penelitian
Penelitian ini memfokuskan pada hubungan karakteristik ibu dengan pengetahuan manfaat zat besi di UPTD Puskesmas Kecamatan Kabupaten Tahun
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian adalah untuk diketahuinya hubungan karakteristik ibu dengan pengetahuan manfaat tablet zat besi di UPTD Puskesmas Kecamatan Kabupaten Tahun
1.4.2 Tujuan Khusus
1.4.2.1 Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu tentang manfaat tablet zat besi bagi kehamilan berdasarkan umur, pekerjaan,dan pendidikan.
1.4.2.2 Diketahuinya hubungan umur dengan pengetahuan manfaat tablet zat besi di UPTD Puskesmas Kecamatan Kabupaten Tahun
1.4.2.3 Diketahuinya hubungan pendidikan dengan pengetahuan manfaat tablet zat besi di UPTD Puskesmas Kecamatan Kabupaten Tahun
1.4.2.4 Diketahuinya hubungan pekerjaan dengan pengetahuan manfaat tablet zat besi di UPTD Puskesmas Kecamatan Kabupaten Tahun
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Penulis
Dapat menambah pengetahuan sejauh mana ibu hamil memanfaatkan tablet zat besi dan memberikan pengalaman dalam menerapkan ilmu yang didapat ke dalam kondisi nyata di lapangan.
1.5.2 Bagi Institusi
Dapat meningkatkan pelayanan penyuluhan dan motivasi pada ibu hamil tentang pentingnya mengkonsumsi tablet zat besi dan sebagai dokumentasi agar dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dalam melakukan penelitian sejenis.
1.5.3 Bagi Masyarakat
Meningkatkan pemahaman masyarakat khususnya ibu hamil dalam pentingnya mengkonsumsi tablet zat besi selama kehamilan.
Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan Pengetahuan Asupan Makanan Bergizi di Desa (kode084)
1.1 Latar Belakang
Perbaikan gizi diselenggarakan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan gizi. Perbaikan gizi meliputi upaya peningkatan status dan mutu gizi, pencegahan, penyembuhan, dan pemulihan akibat gizi salah. (Undang-undang RI No. 29 Tahun 2004).
Secara klasik kata gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh, yaitu untuk menyediakan energi membangun dan memelihara jaringan tubuh, serta mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh. Tetapi sekarang kata gizi mempunyai pengertian lebih luas disamping untuk kesehatan, gizi dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang karena gizi berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar dan produktivitas kerja (Almatsier, 2001).
Sejak zaman purba manusia telah menyadari pentingnya makanan untuk kelangsungan hidupnya. Pada tahun 400 sebelum Masehi, Hipocrates Bapak Ilmu Kedokteran mengibaratkan makanan sebagai panas yang dibutuhkan oleh setiap manusia. (Almatsier, 2001).
Antonie Lavoisier (1743-1794) seorang ahli kimia dari Prancis yang dikenal sebagai Bapak Ilmu Gizi merupakan orang pertama yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan energi makanan yang meliputi proses pernapasan, oksidasi dan kalorimetri.Magandie seorang ahli kimia Prancis pada awal abad ke-19 untuk pertama kali dapat membedakan antara berbagai macam zat gizi dalam bahan makanan, yaitu karbohidrat, lemak, dan protein. Pada awal abad ke-19 dikembangkan cara-cara penentuan karbon, hidrogen, dan nitrogen di dalam ikatan-ikatan organik. Liebig (1803-1873) seorang ahli kimia dari Jerman menemukan bahwa karbohidrat, lemak dan protein dioksidasi dalam tubuh dan menghasilkan panas atau energi. Ia menghitung nilai energi beberapa bahan makanan dan menyimpulkan bahwa makanan seimbang harus mengandung protein, karbohidrat dan lemak. Pada abad ke-20 banyaknya penelitian yang dilakukan tentang pertukaran energi dan sifat-sifat bahan makanan pokok, komposisi karbohidrat, lemak, protein serat, air dan abu. (Almatsier, 2001).
Banyaknya perbedaan kebutuhan energi selama hamil maka WHO menganjurkan jumlah tambahan sebesar 150 kkal sehari pada trimester 1, 35 kkal sehari pada trimester 2 dan 3, sedangkan di Kanada penambahan trimester 1 sebesar 100 kkal dan 300 kkal untuk trimester 2 dan 3. Sementara di Indonesia berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998 ditentukan angka 2.300 kkal/hari selama kehamilan angka ini tentunya tidak termasuk penambahan akibat perubahan temperatur ruangan, kegiatan fisik dan pertumbuhan, patokan ini berlaku bagi mereka yang tidak menambah kegiatan fisik selama hamil. Sejak abad ke-16 telah diketahui bahwa janin dalam kandungan membutuhkan zat-zat gizi dan hanya ibu yang dapat memberikannya oleh sebab itu makanan ibu hamil harus cukup untuk berdua, yaitu untuk ibu dan anak yang dalam kandungannya. Makanan yang cukup mengandung zat-zat gizi selama hamil sangat penting artinya. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa apabila jumlah makanannya dikurangi maka berat bayi yang akan dilahirkan menjadi lebih kecil. Gizi yang adequat selama hamil akan mengurangi resiko dan komplikasi pada ibu menjamin pertumbuhan jaringan sehingga bayi baru lahir memiliki berat badan optimal. (Departemen Kesehatan RI, 1992).
Masalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang pada umumnya masih didominasi oleh Kurang Energi Protein (KEP), Anemia, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), kurang vitamin A dan obesitas.
Menurut Soetjiningsih (1998) status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan dalam kandungan, apabila status gizi ibu buruk, baik sebelum kehamilan dan selama kehamilan menyebabkan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), disamping itu akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan otak janin pada BBLR. Bayi baru lahir mudah terinfeksi, abortus,dan sebagainya. (Suparyasa dkk, 2001).
Untuk meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat terutama pada ibu hamil, yaitu dengan meningkatkan pendidikan gizi, meningkatkan surveilens gizi, penanggulangan gizi lebih, menanggulangi KEP, anemia, GAKY, kurang vitamin A dan pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi. (Departemen Kesehatan RI, 2005).
Zat-zat gizi terdiri dari karbohidrat, lemak, protein, air, mineral, vitamin, dan serat. (Oenzil, 1995). Ibu hamil status gizinya pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandungnya. Seorang ibu yang sedang hamil mengalami kenaikan Berat Badan (BB) sebanyak 10-12 kg. Pada trimester 1 kenaikan itu hanya kurang dari 1 kg, trimester 2 +3 kg, sedangkan trimester 3 kira-kira 6 kg. Kenaikan tersebut meliputi kenaikan komponen janin yaitu pertumbuhan janin, plasenta, dan cairan amnion. (Paath dkk, 2004).
Berdasarkan data yang didapat dari profil kesehatan Kabupaten tahun jumlah ibu hamil di Kabupaten sebanyak 23.478 orang dengan ibu hamil beresiko sebanyak 1.678 orang (7,15%). Desa merupakan salah satu desa yang ada di wilayah kecamatan dengan jumlah ibu hamil sebanyak 32 orang dengan ibu hamil beresiko sebanyak 4 orang (12,5%), sedangkan di Kecamatan sendiri jumlah ibu hamil sebanyak 844 orang dengan resiko kekurangan gizi sebanyak 168 orang ( 19,91%).
Ukuran lingkar lengan atas (LILA) < 23,5 cm di Kabupaten sebanyak 1.467 orang sedangkan di Kecamatan sebanyak 55 orang dan di Desa sebanyak 5 orang.
Dengan kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang asupan makanan bergizi maka dimungkinkan dapat menyebabkan kurangnya makanan bergizi semasa hamil pada ibu sehingga menyebabkan lemah, infeksi tinggi, perdarahan dalam masa kehamilan dan anemia, sedangkan waktu persalinan dapat menyebabkan persalinan sulit atau lama, prematur, perdarahan bayi mati, dan keguguran. Maka penulis tertarik untuk meneliti hubungan karakteristik ibu hamil dengan pengetahuan asupan makanan bergizi di Desa Kecamatan Kabupaten Tahun
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah Belum diketahuinya hubungan karakteristik ibu hamil dengan pengetahuan asupan makanan bergizi di Desa Kecamatan Kabupaten tahun
1.3 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada karakteristik ibu yang meliputi umur, pendidikan, status ekonomi dan status pekerjaan. Masalah yang akan diteliti adalah hubungan karakteristik ibu hamil dengan pengetahuan asupan makanan bergizi di Desa Kecamatan Kabupaten Tahun
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan karakteristik ibu hamil yang meliputi umur, pendidikan, status ekonomi, status pekerjaan dengan pengetahuan asupan makanan bergizi di Desa Kecamatan Kabupaten tahun
1.4.2 Tujuan Khusus
1.4.2.1 Diketahuinya gambaran karakteristik ibu hamil yang meliputi umur, pendidikan, status ekonomi dan status pekerjaan di Desa Kecamatan Kabupaten tahun
1.4.2.2 Diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil dengan asupan makanan bergizi di Desa Kecamatan Kabupaten tahun
1.4.2.3 Diketahuinya hubungan umur ibu hamil dengan pengetahuan asupan makanan bergizi di Desa Kecamatan Kabupaten tahun
1.4.2.4 Diketahuinya hubungan pendidikan ibu hamil dengan pengetahuan asupan makanan bergizi di Desa Kecamatan Kabupaten tahun
1.4.2.5 Diketahuinya hubungan status ekonomi ibu hamil dengan pengetahuan asupan makanan bergizi di Desa Kecamatan Kabupaten tahun
1.4.2.6 Diketahuinya hubungan status pekerjaan ibu hamil dengan pengetahuan asupan makanan bergizi di Desa Kecamatan Kabupaten tahun
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai dokumentasi agar dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dalam melakukan penelitian sejenis.
1.5.2 Bagi Lahan Praktek
Sebagai bahan informasi tentang hubungan karakteristik ibu hamil dengan pengetahuan asupan makanan bergizi di Desa Kecamatan Kabupaten tahun
1.5.3 Bagi Ibu Hamil
Sebagai bahan informasi pada ibu hamil dalam menghadapi kehamilannya khususnya tentang asupan makanan bergizi
1.5.4 Bagi Penulis
Memberikan pengalaman dalam menerapkan ilmu yang didapat ke dalam kondisi nyata di lapangan.
Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan K4 di Desa (kode080)
1.1 Latar Belakang
Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia, dan dapat dinilai dari derajat kesehatan masyarakat. Padahal situasi derajat kesehatan Indonesia masih rendah. Hal itu bisa dibaca dari peringkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia yang masih pada peringkat 107 dari 177 negara berdasarkan penilaian lembaga kependudukan dunia, UNDP tahun 2007, berada di bawah Vietnam. Sekretaris Jenderal Depkes Dr Sjafii Ahmad MPH pada jumpa pers HKN ke-44 di Jakarta , memaparkan, rendahnya derajat kesehatan Indonesia lantaran masih tingginya angka kematian ibu, angka kematian bayi, dan angka gizi kurang.
Dari ketiga masalah tersebut, yang menjadi prioritas tertinggi yaitu angka kematian ibu hamil, karena rawannya masalah kesehatan ibu ini memberikan dampak yang bukan terbatas pada kesehatan ibu saja tetapi berpengaruh secara langsung terhadap kesehatan janin dan bayi. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002 – 2003, AKI di Indonesia masih tinggi, yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup. Di dalam buku Pedoman Pelayanan Antenatal Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes RI disebutkan bahwa situasi ini menjadikan AKI di Indonesia tertinggi di ASEAN, sehingga menempatkan upaya penurunan AKI sebagai program prioritas. Sedangkan menurut Profil Kesehatan Kabupaten angka kematian ibu maternal ( AKI ) adalah sebesar 94,5 per 100.000 kelahiran hidup. Dirjen Bidang Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan, Dr Azrul Azwar mengatakan, tingginya AKI dapat disebabkan “3 TERLAMBAT”, yaitu terlambat mengambil keputusan, terlambat membawa ke rumah sakit dan terlambat mendapat pertolongan. Disamping itu akibat “4 TERLALU”, yakni terlalu muda, terlalu banyak anak, terlalu sering hamil dan terlalu sering melahirkan.
Masalah tingginya kematian ibu hamil ini dapat kita cegah dengan mengadakan upaya promotif dan preventif, yang dapat dilakukan dengan kunjungan pemeriksaan kehamilan ibu hamil ke sarana kesehatan, minimal 4 kali selama kehamilan, dimana 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga. Dengan kunjungan pemeriksaan kehamilan rutin ini kesehatan ibu dan janin terpantau secara berkesinambungan, dan apabila ada komplikasi dalam kehamilan ibu tersebut dapat ditemukan sedini mungkin dan dilakukan penanganan cepat dari tenaga kesehatan. Dan didapatkan dalam Survei Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT ) 2001 angka kematian ibu maternal dapat diturunkan sampai 20% hanya dengan pelayanan kesehatan dasar seperti pelayanan antenatal.
Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Puskesmas tahun menunjukkan indikator kunjungan pemeriksaan kehamilan K4 belum mencapai target yakni hanya 84,06% dari target 94% yang ditetapkan Dinas Kesehatan Kabupaten berarti telah terjadi kesenjangan antara cakupan dengan target sebesar 9,94%, dan hal ini menjadi masalah kesehatan yang terjadi di Kecamatan .
Faktor – faktor menurut H.L Blum yang dapat mempengaruhi terjadinya suatu masalah kesehatan yaitu herediter, lingkungan, sarana pelayanan kesehatan, dan lifestyles. Lifestyles meliputi perilaku ibu hamil untuk datang memeriksakan kehamilan, sebelum seseorang berperilaku maka orang tersebut terlebih dahulu mempunyai sikap dan persepsi yang didapatkan dari pengalaman dan pengetahuan yang dialami sebelumnya. Hal tersebut dijadikan dasar dan paradigma untuk bertindak sehingga tingkat pengetahuan merupakan yang urgent dalam menentukan determinan perilaku (Notoatmodjo, 1997).
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ichda Masrianto dan Moh Hakimi tentang Hubungan Pengetahuan, Sikap Ibu Hamil Terhadap Kunjungan Pelayanan Antenatal di Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga memperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap kunjungan antenatal.
Dari rekapitulasi PWS ( Pemantauan Wilayah Setempat ) KIA untuk 13 desa di wilayah Puskesmas bulan Januari sampai Desember didapatkan Desa memiliki cakupan kunjungan pemeriksaan kehamilan K4 yang terendah yaitu hanya sebesar 57,14%. Inilah alasan pemilihan Desa untuk dilakukan penelitian dan terapi komunitas untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu hamil terhadap kunjungan pemeriksaan kehamilan K4, sehingga cakupan kunjungan pemeriksaan kehamilan K4 dapat ditingkatkan pada tahun mendatang.
1.2 Rumusan Masalah
Adakah hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil dengan kunjungan pemeriksaan kehamilan K4 di Desa Kecamatan Kabupaten pada Januari sampai Mei ?
1.3 Manfaat Penelitian
1.3.1 Manfaat bagi Peneliti
1. Sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan penelitian khususnya di bidang kesehatan.
2. Sebagai sarana untuk mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah diperoleh di Fakultas Kedokteran .
1.3.2 Manfaat bagi Masyarakat
1. Sebagai wacana pengetahuan masyarakat Desa Kecamatan Kabupaten .
2. Sebagai sarana memperoleh pengetahuan masyarakat Desa
Kecamatan Kabupaten tentang pentingnya memeriksakan
kehamilannya minimal 4 kali ke sarana pelayanan kesehatan.
1.3.3 Manfaat bagi Institusi Kesehatan
1. Sebagai bahan evaluasi terhadap program pemerintah dalam bidang Kesehatan Ibu dan Anak.
2. Sebagai sarana untuk membantu meningkatkan persentase cakupan kunjungan pemeriksaan kehamilan K4 di Desa Kecamatan Kabupaten .
3. Sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan dan penyusunan program-program Kesehatan Ibu dan Anak.
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.