Arsip

Posts Tagged ‘diare pada balita’

Gambaran Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas (kode028)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit diare kini masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi dan anak di Indonesia. Diperkirakan angka kesakitan berkisar diantara 150-430 per seribu penduduk setahnnya. Dengan upaya yang sekarang telah dilaksanakan, angka kematian dirumah sakit dapat ditekan menjadi kurang dari 3%.
Hippocrates mendefinisikan diare sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Dibagian ilmu kesehatan anak FKUI / RSCM diare diartikan sebagai buang airbesar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. (Ilmu Kesehatan Anak, 2005).
Diare merupakan buang air besar (defeksi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja) dengan tinja yang berbentuk cairan setengah cair (setengah padat) dapat pula disertai frekuensi defeksi yang lebih meningkat (Kapita Selekta Kedokteran, 2001).
Diare atau penyakit mencret pada saat ini di Indonesia masih menjadi penyebab kematian yang utama, yaitu nomor dua pada balita dan nomor tiga pada semua umur, penyakit diare terjadi pada 28 dari 100 penduduk (www.geoggle.com)
Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak, bila frekuensinya lebih dari 3 kali.
Gastroentritis sering dijuluki sebagai flu perut, pada dasarnya, diare dan muntah adalah upaya tubuh untuk mengeluarkan racun dan patogen yang menyerang saluran pencernaan, dengan kata lain, gastroentritis adalah suatu mekanisme alamiah untuk melindungi saluran cerna. Jadi gastrointeritis itu adalah gejala, bukan penyakit. Gastrointritis merupakan alarm, pertanda ada sesuatu yang tengah menyerang saluran cerna.
Yang pertama harus dilakukan adalah pikirkan penyebabnya, kedua, cegah terjadinya dehidrasi. (Bayiku Anakku dr. Purnawati S. Pujiarto, SPAK, MMPed, 2005)
Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam beberapa jam sampai 7 atau 14 hari. Diare kronik bagi bayi dan anak adalah diare yang berlangsung lebih dari batas waktu dua minggu.sebagian besar ibu-ibu tidak mengetahui penyebab diare pada anaknya, seperti makanan yang diberikan atau lingkungan yang kotor yang tidak disadari dapat menyebabkan diare disini peneliti mengambil batasan pada faktor-faktor penyebab diare adalah faktor lingkungan, makanan, infeksi virus atau infeksi bakteri pada saluran pencernaan, malabsorbsi, dan faktor psikologis.
Diare masih merupakan masalah kesehatan nasional karena angka kejadian dan angka kematiannya yang masih tinggi. Balita di Indonesia rata-rata akan mengalami diare 2-3 kali pertahun. Dengan dikenalkannya oralit, angka kematian akibat diare telah turun, yang lain dapat merupakan penyakit diare pada anak. Dari hasil prasurvey Puskesmas merupakan urutan kedua paling tinggi kejadian diare pada balita pada tahun terdapat 91 balita yang menderita diare.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis merumuskan permasalahan penelitian yaitu “Bagaimanakah kejadian diare pada balita di Puskesmas “?
C. Ruang Lingkup
Dalam penelitian ini, ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut :
1. Sifat penelitian : Diskriptif
2. Subjek penelitian : Seluruh balita yang menderita diare di desa
3. Objek penelitian : Kejadian diare
4. Lokasi penelitian : Wilayah
5. Waktu penelitian : Juni
6. Alasan Penelitian : Masih banyaknya ditemukan balita yang menderita diare di Puskesmas tahun yaitu 91 balita.

D. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah diketahuinya gambaran kejadian diare di Puskesmas
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan memberikan manfaat :
1. Bagi ibu
Menambah pengetahuan ibu tentang penyebab diare.
2. Bagi Petugas kesehatan
Meningkatkan mutu pelayanan dan pencegahan diare.
3. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya untuk dapat menambah referensi perpustakaan untuk bahan acuan penelitian yang akan datang.
4. Bagi penelitian
Sebagai pengalaman penulisan ilmiah, menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang kesehatan masyarakat.

silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul

Gambaran Kejadian Diare pada Anak balita di Puskesmas (kode027)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Pendahuluan
Diare hingga saat ini masih merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian hampir di seluruh daerah geografis di dunia dan semua kelompok usia bisa diserang oleh diare, tetapi penyakit berat dengan kematian yang tinggi terutama terjadi pada bayi dan anak balita. Di negara berkembang, anak-anak menderita diare lebih dari 12 kali per tahun dan hal ini yang menjadi penyebab kematian sebesar 15-34% dari semua penyebab kematian. Di negara berkembang, anak-anak balita mengalami rata-rata 3-4 kali kejadian diare per tahun tetapi di beberapa tempat terjadi lebih dari 9 kali kejadian diare per tahun atau hampir 15-20% waktu hidup anak dihabiskan untuk diare.1,2
Secara operasional diare balita dapat dibagi 2 klasifikasi, yaitu yang pertama diare akut adalah diare yang ditandai dengan buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (3 kali atau lebih sehari) dan berlangsung kurang dari 14 hari, dan yang kedua yaitu diare bermasalah yang terdiri dari disentri berat, diare persisten, diare dengan kurang energi protein (KEP) berat dan diare dengan penyakit penyerta.3,4
Penyakit diare di Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama, hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan diare yang menimbulkan banyak kematian terutama pada balita. Angka kesakitan diare di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Angka kesakitan diare pada tahun 2006 yaitu 423 per 1000 penduduk, dengan jumlah kasus 10.980 penderita dengan jumlah kematian 277 (CFR 2,52%). Di Indonesia dilaporkan terdapat 1,6 sampai 2 kejadian diare per tahun pada balita, sehingga secara keseluruhan diperkirakan kejadian diare pada balita berkisar antara 40 juta setahun dengan kematian sebanyak 200.000-400.000 balita. Pada survei tahun 2000 yang dilakukan oleh Ditjen P2MPL Depkes di 10 provinsi, didapatkan hasil bahwa dari 18.000 rumah tangga yang disurvei diambil sampel sebanyak 13.440 balita, dan kejadian diare pada balita yaitu 1,3 episode kejadian diare pertahun.2
Upaya pemerintah dalam menanggulangi penyakit diare, terutama diare pada balita sudah dilakukan melalui peningkatan kondisi lingkungan baik melalui program proyek desa tertinggal maupun proyek lainnya, namun sampai saat ini belum mencapai tujuan yang diharapkan, karena kejadian penyakit diare masih belum menurun. Apabila diare pada balita ini tidak ditangani secara maksimal dari berbagai sektor dan bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja tetapi masyarakatpun diharapkan dapat ikut serta menanggulangi dan mencegah terjadinya diare pada balita ini, karena apabila hal itu tidak dilaksanakan maka dapat menimbulkan kerugian baik itu kehilangan biaya untuk pengobatan yang cukup besar ataupun dapat pula menimbulkan kematian pada balita yang terkena diare.4
Hal yang menyebabkan seseorang mudah terserang penyakit diare pada balita adalah perilaku hidup masyarakat yang kurang baik dan sanitasi lingkungan yang buruk. Diare dapat berakibat fatal apabila tidak ditangani secara serius karena tubuh balita sebagian besar terdiri dari air dan daging, sehingga bila terjadi diare sangat mudah terkena dehidrasi.5
Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan kejadian diare yaitu tidak memadainya penyediaan air bersih, air tercemar oleh tinja, kekurangan sarana kebersihan, pembuangan tinja yang tidak higienis, kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek, serta penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak semestinya. Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadi faktor pendorong terjadinya diare, terdiri dari faktor agent, penjamu, lingkungan dan perilaku. Faktor penjamu yang menyebabkan meningkatnya kerentanan terhadap diare, diantaranya tidak memberikan ASI selama 2 tahun, kurang gizi, penyakit campak, dan imunodefisiensi. Faktor lingkungan yang paling dominan yaitu sarana penyediaan air bersih dan pembuangan tinja, kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, maka penularan diare dengan mudah dapat terjadi.6
Angka kejadian diare di dari data dinas kesehatan kota didapatkan pada tahun 2006 sebanyak 53.429 orang, tahun 2007 46.738 orang, tahun 2008 sebanyak 53.824 orang, tahun 2009 sebanyak 54.162 orang, sedangkan pada tahun sebanyak 49.897 orang. Walaupun angka kejadian diare pada tahun menurun tetapi masih tinggi dengan cakupan wilayah sebesar 81%. Pada tahun 2009 didapatkan angak kejadian diare pada balita sebanyak 26.413 balita.7
Puskesmas terletak di wilayah Kelurahan 20 ilir D II kecamatan Kemuning Kota dengan luas wilayah 674,3 Ha. Letaknya sangat strategis di tepi jalan raya sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat umum baik dengan kendaraan umum maupun pribadi.8
Geografi wilayah kerja Puskesmas sebagaian besar terdiri dari daratan dan sebagian kecil di pinggir sungai dan rawa. Batas wilayah kerja meliputi : sebelah utara dengan sungai Bendung, sebelah selatan dengan Jln. Mayor Ruslan, sebelah barat dengan Jl. Jendral Sudirman, sebelah timur dengan Sungai Bendung 9 ilir.8
Jumlah penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas adalah 44.188 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 22.286 jiwa dan perempuan sebanyak 21.896 jiwa. Jumlah bayi pada wilayah kerja Puskesmas sebanyak 822 jiwa sedangkan balita sebanyak 4.037 jiwa.8
Jumlah penyakit diare yang datang ke poli MTBS PKM tahun sebanyak 1.530 balita dengan perincian usia kurang dari satu tahun sebanyak 258 bayi, umur 1-4 tahun 507 balita, sedangkan usia kurang 5 tahun sebanyak 765 balita.8
1.2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana distribusi balita penderita diare yang datang berobat ke Puskesmas , Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan jenis kelamin?
b. Bagaimana distribusi balita penderita diare yang datang berobat ke Puskesmas berdasarkan umur balita?
c. Apa jenis pekerjaan ibu dari balita yang mengalami diare?
d. Bagaimana tingkat pendidikan ibu dari balita yang mengalami diare?
e. Bagaimana sumber air minum yang digunakan balita penderita diare?
f. Bagaimana perilaku higiene ibu dari balita yang mengalami diare?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi faktor sosiodemografi (pendidikan ibu dan pekerjaan ibu), sumber air minum keluarga, dan perilaku higiene ibu sehari-hari pada balita yang datang berobat ke Puskesmas .
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi distribusi jenis kelamin balita penderita diare yang datang berobat ke Puskesmas
b. Mengidentifikasi distribusi umur balita penderita diare yang datang berobat ke Puskesmas
c. Mengidentifikasi distribusi jenis pekerjaan ibu dari balita penderita diare yang datang berobat ke Puskesmas
d. Mengidentifikasi distribusi tingkat pendidikan ibu dari balita penderita diare yang datang berobat ke Puskesmas .
e. Mengetahui sumber air minum yang digunakan setiap hari oleh balita penderita diare yang datang berobat ke Puskesmas
f. Mengetahui perilaku higiene ibu dari balita penderita diare yang datang berobat ke Puskesmas
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Untuk Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran keadaan sosiodemografi berupa tingkat pendidikan ibu dan pendapatan keluarga, sumber air minum serta perilaku higiene ibu dari balita yang mengalami diare bagi peneliti dan pembaca. Selain itu juga dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk penyusunan kebijakan, pengambilan keputusan dalam berbagai penelitian selanjutnya.
1.4.2. Untuk Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat terutama para ibu tentang pentingnya memperhatikan faktor faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit diare pada balita sehingga diharapkan dapat menurunkan angka kejadian diare.

silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul