Arsip

Posts Tagged ‘ASI eksklusif’

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Pasca Melahirkan terhadap Pentingnya Pemberian ASI Eksklusif di RSUP (kode069)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.         Latar Belakang
Pemberian air susu ibu (ASI) sangat penting bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasan bayi. Oleh karena itu, pemberian ASI perlu mendapat perhatian para ibu dan tenaga kesehatan agar proses menyusui dapat terlaksana dengan benar (Afifah, 2007). Selain itu, pemberian ASI dapat menurunkan risiko kematian bayi (Nurmiati, 2008).
Pemberian ASI eksklusif adalah langkah awal bagi bayi untuk tumbuh sehat dan terciptanya sumber daya manusia yang tangguh, karena bayi tidak saja akan lebih sehat & cerdas, tetapi juga akan memiliki emotional quotion (EQ) dan social quotion (SQ) yang lebih baik (Sentra Laktasi Indonesia, 2007). Berdasarkan laporan 500 penelitian, The Agency for Healthcare Research and Quality menyatakan bahwa pemberian ASI berhubungan dengan pengurangan resiko terhadap otitis media, diare, infeksi saluran pernafasan bawah, dan enterokolitis nekrotikans (Massachusetts Department of Public Health Bureau of Family Health and Nutrition, 2008).
Namun pada kenyataannya, pengetahuan masyarakat tentang ASI eksklusif masih sangat kurang, misalnya ibu sering kali memberikan makanan padat kepada bayi yang baru berumur beberapa hari atau beberapa minggu seperti memberikan nasi yang dihaluskan atau pisang. Kadang- kadang ibu mengatakan air susunya tidak keluar atau keluarnya hanya sedikit pada hari-hari pertama kelahiran bayinya, kemudian membuang ASI-nya tersebut dan menggantikannya dengan madu, gula, mentega, air atau makanan lain.
Di negara berkembang, lebih dari sepuluh juta balita meninggal dunia pertahun, 2/3 dari kematian tersebut terkait dengan masalah gizi yang sebenarnya dapat dihindarkan. Penelitian di 42 negara berkembang menunjukkan bahwa pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan merupakan intervensi kesehatan masyarakat yang mempunyai dampak positif terbesar untuk menurunkan angka kematian balita, yaitu sekitar 13%. Pemberian makanan pendamping ASI yang benar dapat menurunkan angka kematian balita sebesar 6%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, perilaku memberikan ASI secara eksklusif pada bayi sejak lahir hingga usia 6 bulan dapat menurunkan angka kematian 30.000 bayi di Indonesia tiap tahunnya (Sentra Laktasi Indonesia, 2007).
Berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2003, hanya 3, 7 % bayi yang memperoleh ASI pada hari pertama, sedangkan pemberian ASI pada usia 2 bulan pertama 64%, yang kemudian menurun pada periode berikutnya umur 3 bulan 45,5 %, pada usia 4-5 bulan 13,9% dan umur 6-7 bulan 7,8 %. Sementara itu ada peningkatan penggunaan pengganti air susu ibu (PASI) yang biasa disebut formula atau susu formula tiga kali lipat dalam kurun waktu 1997 dari 10,8% menjadi 32,4 % pada  tahun 2002, hali ini mungkin diakibatkan kurangnya pemahaman, dukungan keluarga dan lingkungan akan pemberian ASI secara eksklusif (Tjipta, 2009).
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ” Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Pasca Melahirkan  Terhadap Pentingnya Pemberian ASI Eksklusif di RSUP Tahun ”, sehingga nantinya dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan penyuluhan kepada ibu – ibu hamil mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayi.

1.2.    Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran tingkat pengetahuan ibu pasca melahirkan terhadap pentingnya pemberian ASI eksklusif di RSUP tahun .

  
1.3.    Tujuan Penelitian
1.3.1.    Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu-ibu pasca melahirkan terhadap pentingnya pemberian ASI eksklusif di RSUP Tahun .

1.3.2.    Tujuan Khusus
Tujuan – tujuan penelitian ini antara lain:
1    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan terhadap pentingnya ASI eksklusif berdasarkan karakteristik umur ibu-ibu pasca melahirkan di RSUP Tahun .
2    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan terhadap pentingnya ASI eksklusif berdasarkan karakteristik jenjang pendidikan ibu-ibu pasca melahirkan di RSUP Tahun 3    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan terhadap pentingnya ASI eksklusif berdasarkan karakteristik jumlah anak ibu-ibu pasca melahirkan di RSUP Tahun .

1.4.     Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk:
1.    Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan memberikan informasi bagaimana gambaran tingkat pengetahuan ibu terhadap pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayi.
2.    Manfaat penelitian ini bagi masyarakat, ibu – ibu pasca melahirkan sebagai responden, diharapkan dapat memperluas pengetahuan terhadap pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayi  dan sebagai sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan pengetahuan ibu terhadap pentingya pemberian ASI eksklusif pada bayi.
3.    Bahan masukan dan evaluasi pertimbangan bagi RSUP dalam menyusun kebijakan pada masa mendatang dalam upaya meningkatkan upaya pemberian ASI eksklusif.

silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul

Gambaran Perilaku Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Kecamatan (kode063)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang
Dalam mempersiapkan generasi yang tangguh dan cerdas di masa depan adalah tanggung jawab bersama semua pihak. Baik tidaknya proses tumbuh kembang fisik, mental maupun sosial anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor gizi, sosial budaya, pelayanan kesehatan, dan lain-lain. Impian setiap orang tua adalah mempunyai anak yang sehat, cerdas, dan berkepribadian baik.Langkah awal untuk dapat mewujudkan impian tersebut adalah melalui pemberian makanan pertama atau makanan awal yang benar, dengan kualitas dan kuantitas yang optimal.Setelah itu dilanjutkan dengan memberikan makan makanan anak yang bergizi yang seimbang serta imunisasi yang dilakukan secara teratur.Gangguan gizi pada masa bayi dan anak dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan bayi tersebut dikemudian hari. Penelitian ilmiah membuktikan bahwa bayi akan tumbuh lebih sehat dan lebih cerdas dengan diberi Air Susu Ibu (ASI) eksklusif selama empat-enam bulan pertama kehidupannya (Roesli, 2000).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 450 bulan April tahun 2004 tentang pemberian ASI secara eksklusif bagi bayi di Indonesia sejak bayi lahir sampai dengan bayi berumur 6 (enam) bulan dan dianjurkan dilanjutkan sampai anak umur 2 (dua) tahun dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai (Roesli, 2002).
Angka Kematian Bayi di Indonesia saat ini masih yang tertinggi di antara negara-negara di ASEAN(Association South East Asia Nation).Tingginya angka kematian bayi di Indonesia tersebut diperkirakan ada kaitannya dengan pemberian ASI yang akhirnya akan berkorelasi dengan terjadinya gizi buruk (Survey Demografi Kesehatan Indonesia, 1997-2003).
United Nations ChildrenFund (UNICEF) menyatakan sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dapat dicegah melalui pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan sejak kelahiran, tanpa harus memberikan makanan atau minuman tambahan pada bayi. The World Alliance for BreastfeedingAction (WABA) memperkirakan 1 juta bayi dapat diselamatkan setiap tahunnya bila diberikan ASI pada 1 jam pertama kelahiran, kemudian dilanjutkan ASI eksklusif sampai dengan enam bulan. Namun kesadaran para ibu untuk memberikan ASI eksklusif di Indonesia baru sekitar 14% (Survey Demografi Kesehatan Indonesia, 1997-2003).
Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya jumlah ibu yang memberikan ASI eksklusif antara lain pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif masih rendah, tatalaksana rumah sakit yang salah dan banyaknya ibu yang mempunyai pekerjaan di luar rumah. Beberapa rumah sakit menganjurkan susu formula pada bayi yang baru lahir sebelum ibunya mampu memproduksi ASI. Hal ini menyebabkan bayi tidak terbiasa menghisap ASI dari puting susu ibunya (Suradi, 2004).
Di dalam denyut kehidupan kota besar, kita lebih sering melihat bayi diberi susu botol daripada disusui oleh ibunya. Sementara di pedesaan, kita melihat bayi yang baru berusiasatu bulan sudah diberi pisang atau nasi lembut sebagai tambahan ASI (Roesli, 2000).
Berdasarkan hasil di atas, maka peneliti tertarik untuk menelitimengenai perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi.

1.2.    Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka yang menjadi masalah adalah gambaran perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi di kecamatan tahun .

1.3.    Tujuan Penelitian
1.3.1.    Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaranperilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi di Puskesmas Kecamatan Denai tahun .

1.3.2.    Tujuan Khusus
1.    Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif
2.    Untuk mengetahui sikap ibu terhadappemberian ASI eksklusif  pada bayi
3.    Untuk mengetahui tindakan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif  pada bayi

1.4.    Manfaat Penelitian
a.    Sebagai bahan masukan kepada tenaga kesehatan yang ada di puskesmas dalam menyusun program kebijakan yang berkaitan dengan pemberian ASI eksklusif
b.    Sebagai bahan masukan kepada petugas dan kader posyandu untuk meningkatkan penyuluhan tentang pentingnya memberikan ASI kepada bayi terutama bayi baru lahir dan meningkatkan upaya pelaksanaan manajemen laktasi
c.    Menambah pengetahuan masyarakat khususnya ibu yang mempunyai bayi tentang manfaatnya pemberian ASI eksklusif
d.    Menambah informasi dan wawasan peneliti tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi.

silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul

Gambaran Karakteristik Ibu yang tidak Memberikan ASI Eksklusif di Desa (kode025)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi yang nilainya tidak bisa digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam menghasilkan manusia yang berkualitas. 1
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik dan alamiah untuk bayi. Menyusui merupakan suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan menyusui lebih dini sebelum usia enam bulan. Oleh karena itu ibu-ibu memerlukan bantuan agar proses menyusui ASI Eksklusif berhasil. Banyak alasan yang dikemukan ibu-ibu antara lain, ibu merasa bahwa ASInya tidak cukup, ASI tidak keluar pada hari-hari pertama kelahiran bayi. Sesungguhnya hal itu tidak disebabkan karena ibu tidak percaya diri bahwa ASInya cukup untuk bayinya. Informasi tentang cara-cara menyusui yang baik dan benar, pemberian ASI Eksklusif belum menjangkau sebagian besar ibu-ibu.1
Akhir-akhir ini, sebuah analisis menerangkan bahwa memberikan ASI selama 6 bulan dapat menyelamatkan 1,3 juta jiwa di seluruh dunia, termasuk 22% nyawa yang melayang setelah kelahiran. Sementara itu, menurut UNICEF, ASI eksklusif dapat menekan angka kematian bayi di Indonesia. UNICEF menyatakan bahwa 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia setiap tahun bisa dicegah melalui pemberian ASI eksklusif selama enam bulan sejak lahir tanpa memberikan makanan dan minuman tambahan kepada bayi.1
Badan Pusat Statistik melalui Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia mengestimasikan indikasi penurunan dari tahun ke tahun, Angka Kematian Bayi pada tahun 2007 sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini sedikit menurun jika dibandingkan dengan AKB tahun 2002-2003 yang sebesar 35 per 1.000 kelahiran hidup.2
Angka ASI eksklusif di Indonesia bervariasi, yakni sekitar 30-60%. WHO, UNICEF dan departemen kesehatan Republik Indonesia melalui SK Menkes No. 450/Men.Kes/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah menetapkan rekomendasi pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Dalam rekomendasi tersebut, dijelaskan bahwa untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang optimal, bayi harus diberi ASI eksklusif selama 6 bulan pertama. Selanjutnya, demi tercukupinya nutrisi bayi, maka ibu mulai memberikan makanan pendamping ASI dan ASI hingga bayi berusia 2 tahun atau lebih.3
Berdasarkan data Susenas di Indonesia tahun 2004 sampai dengan tahun 2008, cakupan pemberian ASI eksklusif pada seluruh bayi di bawah 6 bulan meningkat dari 58,9% pada tahun 2004 menjadi 62,2% pada tahun 2007, tetapi kemudian menetap dan sedikit menurun menjadi 56,2% tahun 2008.4
Menurut profil kesehatan Provinsi tahun 2007 cakupan pemberian ASI eksklusif di yaitu 53,75%.5
Menurut pengembangan database pembangunan gizi bidang kesehatan dan gizi masyarakat cakupan pemberian ASI eksklusif di 30% pada tahun 2003 dan 32,4% pada tahun 2007.2
Menurut profil kesehatan Provinsi tahun 2008 cakupan pemberian ASI eksklusif di yaitu 42,60%. Di kabupaten cakupan pemberian ASI eksklusif yaitu 31,08%. 5
Berdasarkan data diatas penulis tertarik untuk mengetahui “Gambaran karakteristik ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif di Desa Kabupaten tahun .6
1.2 Identifikasi Masalah
Bagaimanakah gambaran karakteristik ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif di Desa Kabupaten tahun ?

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran karakteristik ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif di Desa Kabupaten tahun .
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan Khusus dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui karakteristik ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif di Desa ditinjau dari umur ibu.
2. Mengetahui karakteristik ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif di Desa ditinjau dari paritas ibu.
3. Mengetahui karakteristik ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif di Desa ditinjau dari tingkat pendidikan ibu.
4. Mengetahui karakteristik ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif di Desa ditinjau dari pekerjaan ibu.
5. Mengetahui karakteristik ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif di Desa ditinjau dari penghasilan keluarga.
6. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif
7. Mengetahui dukungan keluarga kepada ibu selama ibu menyusui.
8. Mengetahui alasan ibu tidak memberikan ASI eksklusif.
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan informasi dan dapat memberikan masukan sebagai bacaan bagi rekan sejawat dan sebagai bahan penelitian lebih lanjut.
2. Bagi Tempat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan yang ada sebagai masukan dalam program kerja mengenai pemberian ASI eksklusif pada bayi.
1.5 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan survei demografi dan kesehatan Indonesia pada tahun 1997 dan 2003, diketahui bahwa angka pemberian ASI eksklusif turun dari 49% menjadi 39%, sedangkan penggunaan susu formula meningkat tiga kali lipat.3
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Hellen Keller International pada tahun 2002 di Indonesia, diketahui bahwa rata-rata bayi Indonesia hanya mendapatkan ASI 1,7 bulan. Padahal, kajian WHO yang dituangkan dalam Kepmen No. 450 tahun 2004 menganjurkan agar bayi diberi ASI eksklusif selama 6 bulan. Turunnya angka ini terkait pengaruh sosial budaya di masyarakat, yang menganjurkan supaya bayi diberi makanan tambahan sebelum berusia 6 bulan.3
Rendahnya tingkat pemahaman tentang pentingnya ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kelahiran bayi dikarenakan kurangnya informasi dan pengetahuan yang dimiliki oleh para ibu mengenai segala nilai plus nutrisi dan manfaat yang terkandung dalam ASI. 3
Menurut penelitian Dodik Briawan tahun 2004 pada saat ini banyak ibu-ibu yang memperoleh nafkah dengan bekerja di luar rumah. Wanita di perkotaan kebanyakan bekerja baik di sektor formal maupun informal. Pada kondisi tersebut, bagi ibu yang sedang menyusui sulit untuk tetap dapat menyusui anaknya, apalagi kalau tempat tinggal berjauhan dengan tempat bekerja. Demikian pula jika perusahaaan tempat bekerja menetapkan aturan yang ketat terhadap jam kerja karyawannya.7
Studi di Aceh terhadap 150 ibu menyusui, pada bulan pertama dijumpai sampai 96,7%, namun yang diberikan ASI eksklusif sampai 4 bulan hanya 31,9%. Pemberian ASI tersebut berhubungan dengan tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ibu.7
Pada ibu-ibu kelompok sosial-ekonomi menengah sudah banyak terpengaruh oleh iklan dan promosi susu formula. Meskipun tanpa disusui sendiri oleh ibunya, kebanyakan ibu-ibu percaya bahwa anaknya akan tetap sehat dan cerdas seperti dalam iklan apabila bayi diberikan tambahan susu formula.7
Kelompok ibu-ibu yang sehat dan produksi ASI-nya bagus, sebetulnya yang paling memungkinkan dapat memberikan ASI dengan baik. Tetapi banyak faktor yang mempengaruhinya, antara lain faktor keluarga dan kekerabatan. Tidak semua suami atau orangtua akan mendukung pemberian ASI. Misalnya, suami merasa tidak nyaman apabila isterinya menyusui. Pada waktu seorang ibu melahirkan, keluarga besar atau kerabatnya berdatangan untuk membantu merawat ibu dan bayinya. Pada saat itu mereka memberikan makanan/minuman pada usia yang sangat dini.7
Tidak semua ibu dapat memberikan ASI kepada bayinya. Studi Seaman di Pensylvania, hanya sekitar 44% ibu –ibu yang menyusui bayinya saat di rumah sakit, dan enam bulan kemudian menjadi 13%. Dari mereka yang memberikan susu formula, 36% karena suami merasa kurang nyaman, dan 24,3% karena pengaruh nenek-kakek dan anggota keluarga lain. Pandangan para ayah yang merasa tidak nyaman dengan kegiatan menyusui merupakan alasan utama para ibu memilih memberikan susu formula.7
Dari penelitian Novi Wahyuningrum di Desa Sadang Kabupaten Kudus tahun 2007 dapat diketahui bahwa 22 orang dengan persentase 55% memiliki tingkat pengetahuan terhadap ASI eksklusif masih kurang, 11 orang dengan persentase 27.5% memiliki tingkat pengetahuan terhadap ASI eksklusif sedang, dan 7 orang dengan persentase 17.5% memiliki tingkat pengetahuan tentang ASI eksklusif baik.8
1.1 Kerangka pemikiran
1.6 Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodologi deskriptif dengan pendekatan cross sectional mengambil data primer berupa kuesioner.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa dan waktu penelitian dilakukan pada bulan September-Oktober .

silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul