Arsip

Posts Tagged ‘kti skripsi hubungan’

Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan Pengetahuan Asupan Makanan Bergizi di Desa (kode084)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Perbaikan gizi diselenggarakan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan gizi. Perbaikan gizi meliputi upaya peningkatan status dan mutu gizi, pencegahan, penyembuhan, dan pemulihan akibat gizi salah. (Undang-undang RI No. 29 Tahun 2004).
Secara klasik kata gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh, yaitu untuk menyediakan energi membangun dan memelihara jaringan tubuh, serta mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh. Tetapi sekarang kata gizi mempunyai pengertian lebih luas disamping untuk kesehatan, gizi dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang karena gizi berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar dan produktivitas kerja (Almatsier, 2001).
Sejak zaman purba manusia telah menyadari pentingnya makanan untuk kelangsungan hidupnya. Pada tahun 400 sebelum Masehi, Hipocrates Bapak Ilmu Kedokteran mengibaratkan makanan sebagai panas yang dibutuhkan oleh setiap manusia. (Almatsier, 2001).
Antonie Lavoisier (1743-1794) seorang ahli kimia dari Prancis yang dikenal sebagai Bapak Ilmu Gizi merupakan orang pertama yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan energi makanan yang meliputi proses pernapasan, oksidasi dan kalorimetri.Magandie seorang ahli kimia Prancis pada awal abad ke-19 untuk pertama kali dapat membedakan antara berbagai macam zat gizi dalam bahan makanan, yaitu karbohidrat, lemak, dan protein. Pada awal abad ke-19 dikembangkan cara-cara penentuan karbon, hidrogen, dan nitrogen di dalam ikatan-ikatan organik. Liebig (1803-1873) seorang  ahli kimia dari Jerman menemukan bahwa karbohidrat, lemak dan protein dioksidasi dalam tubuh dan menghasilkan panas atau energi. Ia menghitung nilai energi beberapa bahan makanan dan menyimpulkan bahwa makanan seimbang harus mengandung protein, karbohidrat dan lemak. Pada abad ke-20 banyaknya penelitian yang dilakukan tentang pertukaran energi dan sifat-sifat bahan makanan pokok, komposisi karbohidrat, lemak, protein serat, air dan abu. (Almatsier, 2001).
Banyaknya perbedaan kebutuhan energi selama hamil maka WHO menganjurkan jumlah tambahan sebesar 150 kkal sehari pada trimester 1, 35 kkal sehari pada trimester 2 dan 3, sedangkan di Kanada penambahan trimester 1 sebesar 100 kkal dan 300 kkal untuk trimester 2 dan 3. Sementara di Indonesia berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998 ditentukan angka 2.300 kkal/hari selama kehamilan angka ini tentunya tidak termasuk penambahan akibat perubahan temperatur ruangan, kegiatan fisik dan pertumbuhan, patokan ini berlaku bagi mereka yang tidak menambah kegiatan fisik selama hamil. Sejak abad ke-16 telah diketahui bahwa janin dalam kandungan membutuhkan zat-zat gizi dan hanya ibu yang dapat memberikannya oleh sebab itu makanan ibu hamil harus cukup untuk berdua, yaitu untuk ibu dan anak yang dalam kandungannya. Makanan yang cukup mengandung zat-zat gizi selama hamil sangat penting artinya. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa apabila jumlah makanannya dikurangi maka berat bayi yang akan dilahirkan menjadi lebih kecil. Gizi yang adequat selama hamil akan mengurangi resiko dan komplikasi pada ibu menjamin pertumbuhan jaringan sehingga bayi baru lahir memiliki berat badan optimal. (Departemen Kesehatan RI, 1992).
Masalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang pada umumnya masih didominasi oleh Kurang Energi Protein (KEP), Anemia, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), kurang vitamin A dan obesitas.
Menurut Soetjiningsih (1998) status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan dalam kandungan, apabila status gizi ibu buruk, baik sebelum kehamilan dan selama kehamilan menyebabkan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), disamping itu akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan otak janin pada BBLR. Bayi baru lahir mudah  terinfeksi, abortus,dan sebagainya. (Suparyasa dkk, 2001).
Untuk meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat  terutama pada ibu hamil, yaitu  dengan meningkatkan pendidikan gizi, meningkatkan surveilens gizi, penanggulangan gizi lebih, menanggulangi KEP, anemia, GAKY, kurang vitamin A dan pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi. (Departemen Kesehatan RI, 2005).
Zat-zat gizi terdiri dari karbohidrat, lemak, protein, air, mineral, vitamin, dan serat. (Oenzil, 1995). Ibu hamil status gizinya pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandungnya. Seorang ibu yang sedang hamil mengalami kenaikan Berat Badan (BB) sebanyak 10-12 kg. Pada trimester 1 kenaikan itu hanya kurang dari 1 kg, trimester 2  +3 kg, sedangkan trimester 3 kira-kira 6 kg. Kenaikan tersebut meliputi kenaikan komponen janin yaitu pertumbuhan janin, plasenta, dan cairan amnion. (Paath dkk, 2004).
Berdasarkan data yang didapat dari profil kesehatan Kabupaten tahun jumlah ibu hamil di Kabupaten sebanyak 23.478 orang dengan ibu hamil beresiko sebanyak 1.678 orang (7,15%). Desa merupakan salah satu desa yang ada di wilayah kecamatan dengan jumlah ibu hamil sebanyak 32 orang dengan ibu hamil beresiko sebanyak 4 orang (12,5%), sedangkan di Kecamatan sendiri jumlah ibu hamil sebanyak 844 orang dengan resiko kekurangan gizi sebanyak 168 orang ( 19,91%).
Ukuran lingkar lengan atas (LILA) < 23,5 cm di Kabupaten sebanyak 1.467 orang sedangkan di Kecamatan sebanyak 55 orang dan di Desa sebanyak 5 orang.
Dengan kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang asupan makanan bergizi maka dimungkinkan dapat menyebabkan kurangnya makanan bergizi semasa hamil pada ibu sehingga menyebabkan lemah, infeksi tinggi, perdarahan dalam masa kehamilan dan anemia, sedangkan waktu persalinan dapat menyebabkan persalinan sulit atau lama, prematur, perdarahan bayi mati, dan keguguran. Maka penulis tertarik untuk meneliti hubungan karakteristik ibu hamil dengan pengetahuan asupan makanan bergizi di Desa Kecamatan Kabupaten Tahun

1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah Belum diketahuinya hubungan karakteristik ibu hamil dengan pengetahuan asupan makanan bergizi di Desa Kecamatan Kabupaten tahun

1.3    Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada karakteristik ibu yang meliputi umur, pendidikan, status ekonomi dan status pekerjaan. Masalah yang akan diteliti adalah hubungan karakteristik ibu hamil dengan pengetahuan asupan makanan bergizi di Desa Kecamatan Kabupaten Tahun

1.4    Tujuan
1.4.1    Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan karakteristik ibu hamil yang meliputi umur, pendidikan, status ekonomi, status pekerjaan dengan pengetahuan asupan makanan bergizi di Desa Kecamatan Kabupaten tahun
1.4.2    Tujuan Khusus
1.4.2.1    Diketahuinya gambaran karakteristik ibu hamil yang meliputi umur, pendidikan, status ekonomi dan status pekerjaan di Desa Kecamatan Kabupaten tahun
1.4.2.2    Diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil dengan asupan makanan bergizi di Desa Kecamatan Kabupaten tahun
1.4.2.3    Diketahuinya hubungan umur ibu hamil dengan pengetahuan asupan makanan bergizi di Desa Kecamatan Kabupaten tahun
1.4.2.4    Diketahuinya hubungan pendidikan ibu hamil dengan pengetahuan asupan makanan bergizi di Desa Kecamatan Kabupaten tahun
1.4.2.5    Diketahuinya hubungan status ekonomi ibu hamil dengan pengetahuan asupan makanan bergizi di Desa Kecamatan Kabupaten tahun
1.4.2.6    Diketahuinya hubungan status pekerjaan ibu hamil dengan pengetahuan asupan makanan bergizi di Desa Kecamatan Kabupaten tahun

1.5    Manfaat Penelitian
1.5.1    Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai dokumentasi agar dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dalam melakukan penelitian sejenis.
1.5.2    Bagi Lahan Praktek
Sebagai bahan informasi tentang hubungan karakteristik ibu hamil dengan pengetahuan asupan makanan bergizi di Desa Kecamatan Kabupaten tahun
1.5.3    Bagi Ibu Hamil
Sebagai bahan informasi pada ibu hamil dalam menghadapi kehamilannya khususnya tentang asupan makanan bergizi
1.5.4    Bagi Penulis
Memberikan pengalaman dalam menerapkan ilmu yang didapat ke dalam kondisi nyata di lapangan.

silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul

Hubungan Karakteristik Ibu Balita dengan Tumbuh Kembang Balita (kode083)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal (Undang-Undang Kesehatan No.23 Tahun 1992 Bab III Pasal 3).
Visi Indonesia sehat 2010 adalah bahwa masyarakat bangsa dan negara ditandai penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Salah satu indikator derajat kesehatan tersebut adalah angka kematian ibu dan angka kematian bayi (Profil Kesehatan Indonesia Sehat, 2010).
Visi kabupaten adalah “Kabupaten Agribisnis Termaju di Jawa Barat Tahun 2010 Berbasis Masyarakat Agamis dan Partisipatif”. Untuk menunjang pencapaian visi daerah tersebut dibutuhkan masyarakat yang sehat dan memiliki kemampuan serta akses terhadap semua program pembangunan termasuk pembangunan dalam visi “SEHAT TAHUN 2008” (Profil Kesehatan Ibu dan Anak Tahun 2006 Kabupaten).
Proses tumbuh kembang dapat berlangsung normal atau tidak, artinya perubahan fisik dan mental yang dapat membentuk anak menjadi individu yang sempurna atau sebaliknya. Sempurna tidaknya tumbuh kembang anak sangat ditentukan oleh peranan orang tua dalam hal ini perhatian dan kasih sayang merupakan kondisi yang mendukung dan diperlukan anak. (Denis, 2002 : 8).
Asupan gizi adalah indikator utama dalam tumbuh kembang anak, ditinjau dari sudut tumbuh kembang anak masa bayi merupakan kurun waktu pertumbuhan paling pesat khususnya pertumbuhan dan perkembangan otak, oleh karena itu pemberian nutrisi yang adekuat yang diberikan ibu memegang peranan penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Kebutuhan gizi sangat terkait dengan tumbuh kembang anak, karena gizi dibutuhkan sejak di dalam kandungan. “Kebutuhan gizi sudah dimulai dari janin dan sudah ada pembuktian bahwa gizi yang baik akan menjadi modal besar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut sampai masa dewasanya kelak” (Latief, 2006).
Anak Indonesia berusia 2 tahun berat badannya 2 kilogram lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak di negara lain, demikian pula dengan tinggi badannya lebih pendek 5 cm (UNICEF : 2000).
Sekitar 40% dari total anak Indonesia, kira-kira 10 juta anak dinyatakan kekurangan baik dalam fisik maupun mental, proses tumbuh kembang anak akan menjadi terhambat karena proses tumbuh kembang juga ditentukan oleh pemenuhan gizi yang optimal. (UNICEF : 2000).
Dari total kabupaten yang ada di Indonesia terdapat 75 % Kabupaten yang mempunyai masalah gizi kurang dengan indikator berat badan dan tinggi badan kurang dari 70%-80% pada anak balita. Indikator ini mencapai 20% (SUSENAS, 2000).
Jumlah penduduk di Kabupaten pada tahun 2006 sebanyak 1.176.136 jiwa, terdiri atas laki-laki brejumlah 582.474 jiwa dan perempuan sebanyak 596.662 jiwa atau meningkat sebesar 7.114 jiwa atau 0,84% (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten, 2006).
Kecamatan terdiri dari 13 desa dengan jumlah penduduk di Desa sebanyak 3.733 jiwa dengan jumlah balita sebanyak 367 balita di RW.01 Desa sebanyak 115 balita. Di  RW.02 Desa sebanyak 124 balita. Di  RW.03 Desa sebanyak 35 balita. Di RW.04 Desa sebanyak 93 balita. Dengan perincian balita usia 0-5 bulan sebanyak 32 balita, usia 6-11 bulan sebanyak 42 balita, usia 12-59 bulan sebanyak 293  balita. Dengan jumlah posyandu di Desa sebanyak 4 posyandu.
Posyandu merupakan sarana yang tepat untuk ibu balita agar mengetahui tumbuh kembang balitanya tetapi di RW.02 Desa ibu balita tidak banyak yang mengetahui bahwa tumbuh kembang balita penting untuk diperhatikan. Ini terbukti pada saat pelaksanan posyandu ibu balita yang datang membawa balitanya untuk mengetahui tumbuh kembang balitanya hanya 30 orang atau sekitar 24,1 % dari yang ditargetkan 100%.

1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dikemukakan perumusan masalahnya adalah “Belum diketahuinya hubungan karakteristik ibu balita dengan tumbuh kembang balita di RW.02 Desa KecKab.Tahun”.
Dari rumusan masalah tersebut maka pertanyaan penelitiannya adalah “Apakah ada hubungan karakteristik ibu balita dengan tumbuh kembang balita di RW.02 Desa KecKab.Tahun”.

1.3    Ruang lingkup Penelitian
Penelitian ini memfokuskan pada hubungan karakteristik ibu balita dengan tumbuh kembang balita di RW.02 Desa KecKab.Tahun

1.4    Tujuan Penelitian
1.4.1    Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan karakteristik ibu balita dengan tumbuh kembang balita di RW.02 Desa KecKab.Tahun
1.4.2    Tujuan Khusus
1.4.2.1    Diketahuinya distribusi frekuensi tumbuh kembang balita di RW.02 Desa KecKab.Tahun
1.4.2.2    Diketahuinya distribusi frekuensi pekerjaan responden dengan tumbuh kembang di RW.02 Desa KecKab.Tahun
1.4.2.3    Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan responden dengan tumbuh kembang di RW.02 Desa KecKab.Tahun
1.4.2.4    Diketahuinya distribusi frekuensi perilaku responden dengan tumbuh kembang di RW.02 Desa KecKab.Tahun
1.4.2.5    Diketahuinya distribusi frekuensi pendidikan responden dengan tumbuh kembang di RW.02 Desa KecKab.Tahun ………
1.4.2.6    Diketahuinya hubungan pekerjaan responden dengan tumbuh kembang di RW.02 Desa KecKab.Tahun
1.4.2.7    Diketahuinya hubungan pengetahuan responden dengan tumbuh kembang di RW.02 Desa KecKab.Tahun
1.4.2.8    Diketahuinya hubungan perilaku responden dengan tumbuh kembang di RW.02 Desa KecKab.Tahun
1.4.2.9    Diketahuinya hubungan pendidikan responden dengan tumbuh kembang di RW.02 Desa KecKab.Tahun

1.5    Manfaat Penelitian
1.5.1    Bagi Institusi
Sebagai tambahan kepustakaan dan sebagai bahan perbandingan mahasiswa lain yang akan melakukan penelitian tentang hubungan karakteristik ibu balita dengan tumbuh kembang balita.

1.5.2    Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan tentang hubungan karakteristik ibu balita dengan tumbuh kembang balita.
1.5.3    Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat memperoleh tambahan pengetahuan kesehatan tentang tumbuh kembang balita untuk meningkatkan status kesehatan.

silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul

Hubungan Karakteristik dan Pengetahuan Ibu dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi KB (kode082)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Paradigma baru Program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dan mewujudkan Norma Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan “Keluarga Berkualitas Tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan,  bertanggung jawab, harmonis dan  bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam paradigma baru Program Keluarga Berencana ini, misinya sangat menekan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi, sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga.
Berdasarkan visi  dan   misi tersebut, program Keluarga Berencana Nasional mempunyai kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk. Kontribusi Program Keluarga Berencana Nasional tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan program Making Pregnancy Saver. Salah satu pesan kunci dalam rencana strategi program Making Pregnancy Saver (MPS) di Indonesia 2001-2010 adalah bahwa setiap kehamilan merupakan kehamilan yang diinginkan ( Saifuddin, 2003 ).
Indonesia menghadapi masalah dengan jumlah dan kualitas sumber daya manusia dengan kelahiran 5.000.000 per tahun. Untuk dapat mengangkat kehidupan bangsa telah dilaksanakan bersamaan pembangunan ekonomi dan keluarga berencana yang merupakan sisi masing-masing mata uang. Bila gerakan KB tidak dilakukan bersamaan dengan pembangunan ekonomi, dikhawatirkan hasil pembangunan tidak akan berarti ( Manuaba, 1998 ).
Pencegahan kehamilan dan kesakitan ibu merupakan alasan utama diberlakukannya Keluarga Berencana. Masih banyak alasan lain, misalnya membebaskan wanita dari rasa khawatir terhadap terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, terjadinya gangguan fisik atau psikologik akibat abortus yang tidak aman, serta tuntunan perkembangan sosial terhadap peningkatan status perempuan di masyarakat ( Saifuddin, 2003 ).
Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2003 menyatakan bahwa pengetahuan tentang metode kontrasepsi di Jawa Barat telah lama diketahui oleh seluruh masyarakat hampir 99,6% wanita berstatus kawin dan 90,5% pria berstatus kawin mengetahui paling sedikit satu alat kontrasepsi modern. Suntik dan pil adalah metode yang paling banyak diketahui, diikuti IUD dan susuk KB (Profil Kesehatan Jawa Barat, 2004).
Kepesertaan KB ( Current User ) di Kabupaten sebanyak 378.490 akseptor sedangkan proyeksi Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 246.512 orang. Pencapaian akseptor  KB di Kabupaten untuk Metode Jangka Panjang (MJP) aktif cakupannya sebesar 14,69% dari seluruh akseptor, sedangkan  target MJP sebesar 60% dari seluruh akseptor. Untuk Metode Non Metode Jangka Panjang (Non MJP) yang aktif 75,30%. Data tersebut menunjukkan masih rendahnya pencapaian akseptor MJP dibandingkan akseptor Non MJP dari total keseluruhan (Dinas Kesehatan Kabupaten, ).
Pencapaian akseptor KB baru untuk seluruh metode di Kabupaten masih menunjukkan angka yang sangat rendah yaitu sebesar 6,69% dari seluruh akseptor sebanyak 378.490 akseptor ( Dinas Kesehatan Kabupaten, ).
Di Kabupaten tahun  Pasangan Usia Subur sebanyak 243.834 orang, peserta KB berjumlah 179.462 (73,60%) dengan demikian Pasangan Usia Subur yang tidak menjadi peserta KB sekitar 64.372 (26,39%). Dengan demikian keadaaan KB di Kabupaten tahun  pada jenis kontrasepsi Hormonal ; Suntik sebanyak 102.384 (57,05%), Pil sebanyak 43.008 ( 23,96%), Implan sebanyak 9.549 (5,32%)  dan Non Hormonal ; IUD sebanyak 11.683 (6,51%), MOW sebanyak 6.462 (3,60%), MOP sebanyak 6.197 (3,45%), kondom sebanyak 179 (0,10 %) (Dinas Kependudukan dan KB Kabupaten,  ).
Di kecamatan tahun . Pasangan usia subur sebanyak 12.347 orang. Peserta KB berjumlah 9.422 orang (76,31%), dengan demikian pasangan usia subur yang tidak menjadi peserta KB sekitar 2.925 orang (23,69%) jenis kontrasepsi Hormonal ; Suntik sebanyak 4.886 (51,86%), Pil sebanyak 2.580 (27,38%), Implan sebanyak 377 (4,00%)  dan Non Hormonal ; IUD sebanyak 938 (9,95%), MOW sebanyak 328 (3,48%), MOP sebanyak 285 (3,02%), kondom sebanyak 28 (0,30 %) (Dinas Kependudukan dan KB Kabupaten, ).
Akseptor KB di Puskesmas sebanyak 3.438 akseptor, sedangkan proyeksi pasangan usia subur sebanyak 8.143 orang. Dari data diatas masih terdapat kesenjangan yang cukup tinggi (Puskesmas,  ).
Banyak perempuan yang mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia, tetapi juga oleh ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut. Berbagai faktor-faktor yang harus dipertimbangkan, termasuk status kesehatan, efek samping potensial, konsekuensi kegagalan atau kehamilan yang tidak diinginkan, keluarga yang direncanakan, persetujuan suami  bahkan norma budaya lingkungan orang tua. Untuk ini semua konseling merupakan bagian integral yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga Berencana. Tidak ada satupun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua klien, karena masing-masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan individual bagi setiap klien ( Saifuddin, 2003 ).
Dari data diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Hubungan Karakteristik dan Pengetahuan Ibu Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi KB di Kelurahan .Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Kabupaten tahun ”.

1.2  Rumusan Masalah
Di Kabupaten pencapaian akseptor Keluarga Berencana Metode Jangka Panjang sebesar 14,69% dari seluruh akseptor, sedangkan target Metode Jangka Panjang sebesar 60%. Sehingga masih terdapat kesenjangan yang cukup tinggi.
Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas maka dapat dikemukakan perumusan masalahnya adalah “Belum diketahuinya hubungan karakteristik dan pengetahuan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi  KB di Kelurahan .Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Kabupaten tahun ’, sehingga yang menjadi pertanyaan penelitian adalah bagaimana hubungan  karakteristik dan pengetahuan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi KB di Kelurahan.Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Kabupaten tahun ?

1.3  Ruang Lingkup
Banyak faktor yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi KB tetapi dalam penelitian ini, penulis membatasi pada karakteristik ibu yang meliputi umur, pendidikan dan pengetahuan di Kelurahan .Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Kabupaten tahun .

 1.4  Tujuan Penelitian
1.4.1  Tujuan Umum
Mengetahui hubungan karakteristik dan pengetahuan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi KB di Kelurahan .Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Kabupaten tahun .
1.4.2  Tujuan Khusus
1)    Diketahuinya gambaran karakteristik ibu menurut umur dan pendidikan di Kelurahan.Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Kabupaten tahun .
2)    Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi KB di Kelurahan .Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Kabupaten tahun .
3)    Diketahuinya gambaran pemilihan alat kontrasepsi KB di Kelurahan.Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Kabupaten tahun .
4)    Diketahuinya hubungan antara umur ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi KB di Kelurahan .Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Kabupaten tahun .
5)    Diketahuinya hubungan antara pendidikan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi KB di Kelurahan.Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Kabupaten tahun .
6)    Diketahuinya hubungan antara pengetahuan dengan pemilihan alat kontrasepsi KB di Kelurahan.Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Kabupaten tahun .

1.5     Manfaat Penelitian
1.5.1    Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan pertimbangan bagi mahasiswa lain yang akan melakukan penelitian tentang hubungan karakteristik dan pengetahuan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi KB di Kelurahan .Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Kabupaten tahun .

1.5.2    Bagi Instansi
1)    Sebagai masukan kepada pengelola program dalam merencanakan kegiatan akselerasi peningkatan penggunaan alat kontrasepsi KB di Kelurahan .Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Kabupaten.
2)    Sebagai masukan bagi peningkatan kualitas dalam memberikan pelayanan KB kepada sasaran atau masyarakat.
3)    Sebagai masukan dalam upaya meningkatkan promosi kesehatan, khususnya promosi tentang pentingnya pemilihan alat kontrasepsi KB kepada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kabupaten .

1.5.3    Bagi Penulis
Mendapatkan informasi tentang hubungan antara karakteristik dan pengetahuan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi KB di Kelurahan .Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Kabupaten tahun .

silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul

Hubungan Berat Badan Lahir dengan Ruptur Perineum Persalinan Normal pada Primigravida di BPS (kode081)

ABSTRAK

Ruptur perineum menjadi penyebab perdarahan ibu postpartum. Perdarahan postpartum menjadi penyebab utama 40% kematian ibu di Indonesia. sedangkan ruptur perineum spontan terjadi karena ketegangan pada daerah vagina pada saat melahirkan, beban psikologis mengahadapi proses persalinan dan karena ketidaksesuaian antara jalan lahir dan janinnya. Efek yang ditimbulkan dari ruptur perineum apabila tidak dilakukan penatalaksaan yang benar akan menimbulkan perdarahan, sehingga juga bisa menyebabkan kematian pada ibu post persalinan. Tujuan penelitian ini adalah Mengetahuai hubungan berat badan lahir dengan terjadinya ruptur perineum spontan pada persalinan normal primigravida di BPS “” Desa Kecamatan Kabupaten.
Desain yang digunakan adalah survey analitik dengan pendekatan retrospektif. Populasinya adalah Semua ibu primigravida yang melahirkan di BPS “” pada tanggal 1 Januari 2008 sampai 31 Desember 2008 yang didapat dari data rekam medik sebanyak 38 ibu. Dengan tehnik sampling jenuh maka sampel ditentukan sebanyak 38 ibu. Hipotesa di uji dengan Chi –kuadrat dengan signifikansi 5%.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas berat badan lahir anak normal (2500gr-3500gr). Mayoritas ibu tidak mengalami ruptur perineum. Analisis stasistik mendapatkan hasil 2 = 10,6 1 > tabel =5,59 1 yang berarti Ho ditolak artinya ada hubungan antara berat badan lahir dengan terjadinya ruptur perineum di BPS”” Desa Kecamatan Kabupaten.
Disarankan kepada bidan untuk memberikan penyuluhan serta menganjurkan ibu untuk melakukan senam hamil agar bisa melenturkan otot-otot dinding perineum sehingga ruptur bisa dihindarkan.
Kata kunci : berat badan bayi lahir, ruptur perineum, persalinan

Ruptur perineum happen caused the postpartum motehrs blooding. The post partum blooding make the first 40% about the death of mother in Indonesia while rupture perineum happen caused tightly in the vagina area when they childbird their body, phsycological to stand before the childbird process and uncomfertable between the way of born the babies. And if rupture perineum does not get a good preventive will be cause the blooding mother afther they having childbirth. The purposive of this research is to know. The relation of the born body weight with rupture perineum spontaneous happen on normal childbirth primigravida in BPS “” Village, Subdistrict Regency.
It is using survey analitic design by retrospective approsch. The population is all of the primigravida mother that childbirth in BPS “” on January 2008 until December, 31, 2008. From the medic note there are 38 persons. The research using as the sampling technique so all of them as sample and chi-kuadrat with 5% significationh to analysis hipotesa.
The result of this research is indicate thet majoritas of the normal body weights babies (2500gr-3500gr). and the majoritas mother did not have rupture perineum. The hipotesa analysis get result 2 = 10,61 > tabel =5,591 it is mean that Ho is resused, there is the relation between the born body weight the child with rupture perineum happen in BPS””. village Subdistrict Regency.
Sugestion for research area is giving information and to hold out to mother to do the pregnancy exercises in order to make bend perineum in order to avoid the rupture happen.
Key words: Childbirth, Rupture Perineum, Born Body Weight.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi, yang dapat hidup didunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. Persalinan sangat di pengaruhi oleh ”3P” yaitu janin (passenger), jalan lahir (passage) dan (tenaga) power dan ”2P” yaitu position dan phsycologi (Manuaba, 2005). Persalinan dengan berat badan janin besar dapat meningkatkan resiko komplikasi kehamilan dan persalinan seperti hipertensi dalam kehamilan, polihidramnion (cairan ketuban berlebih), persalinan lama, persalinan sulit misalkannya karena bahu macet, perdarahan pasca persalinan dan Ruptur perineum (Krisnadi, 2009), selain itu resiko berat badan janin besar pada janin itu sendiri adalah terjadinya patah tulang selangka pada saat persalinan (Partiwi, 2009).
Data inpartu di wilayah Kabupaten berdasarkan laporan di Dinas Kesehatan Kabupaten tahun 2008 sebanyak 7920 dan kejadian Ruptur perineum dari jumlah persalinan normal 248 kasus. Di wilayah Kerja Puskesmas mencatat data inpartu 223 pada tahun 2008 dan kejadian Ruptur perineum dari 223 persalinan normal mencapai 84 kasus, dimana 1 kasus Ruptur perineum di rujuk ke Rumah Sakit.
Ruptur perineum menjadi penyebab perdarahan ibu postpartum. Perdarahan postpartum menjadi penyebab utama 40% kematian ibu di Indonesia. Penelitian yang pernah dilakukan Fitariyanti (2007) di BPS Dwi Yuni angka kejadian Ruptur perineum yang dialami ibu primigravida tahun 2007 masih sangat tinggi yaitu sebanyak 41 orang (65%) dari 63 persalinan normal. Sedangkan yang tidak mengalami Ruptur perineum berjumlah 22 orang. Jumlah bayi yang lahir dengan berat badan > 3100 gr yaitu 32 bayi sedangkan yang < 3.100 gr sebanyak 31 bayi. Dari 32 orang ibu yang melahirkan dengan berat badan bayi > 3.100 gr yang mengalami Ruptur perineum berjumlah 30 orang dan yang tidak mengalami Ruptur perineum 2 orang. Sedangkan dari 31 orang ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan < 3.100 gr yang mengalami Ruptur perineum sebanyak 11 orang dan yang tidak sebanyak 20 orang.
Ruptur perineum dapat terjadi karena adanya robekan spontan maupun episiotomi. Ruptur perineum yang dilakukan dengan episiotomi itu sendiri harus dilakukan atas indikasi antara lain: bayi besar, perineum kaku, persalinan yang kelainan letak, persalinan dengan menggunakan alat baik forceps maupun vacum. Karena apabila episiotomi itu tidak dilakukan atas indikasi dalam keadaan yang tidak perlu dilakukan dengan indikasi di atas, maka menyebabkan peningkatan kejadian dan beratnya kerusakan pada daerah perineum yang lebih berat. Sedangkan luka perineum itu sendiri akan mempunyai dampak tersendiri bagi ibu yaitu gangguan ketidaknyamanan dan perdarahan, sedangkan Ruptur perineum spontan terjadi karena ketegangan pada daerah vagina pada saat melahirkan, juga bisa terjadi karena beban psikologis mengahadapi proses persalinan dan yang lebih penting lagi Ruptur
perineum terjadi karena ketidaksesuaian antara jalan lahir dan janinnya, oleh karena efek yang ditimbulkan dari Ruptur perineum sangat kompleks (Partiwi, 2009). Ruptur perineum apabila tidak dilakukan penatalaksaan yang benar akan menimbulkan perdarahan, sehingga juga bisa menyebabkan kematian pada ibu post persalinan.
Dari uraian diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang ” hubungan berat badan lahir dengan terjadinya Ruptur perineum spontan persalinan normal ibu primigravida di BPS “” Desa Kecamatan Kabupaten.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Adakah hubungan berat badan lahir dengan terjadinya ruptur perineum spontan pada persalinan normal primigravida di BPS “” Desa Kecamatan Kabupaten?”

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahuai hubungan berat badan lahir dengan terjadinya ruptur perineum spontan pada persalinan normal primigravida di BPS “” Desa Kecamatan Kabupaten.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi berat badan lahir di BPS”” Desa Kecamatan Kabupaten.
1.3.2.2 Mengidentifikasi terjadinya ruptur perineum spontan persalinan normal primigravida di BPS “” Desa Kecamatan Kabupaten
1.3.2.3 Menganalisis hubungan berat badan lahir dengan terjadinya ruptur perineum spontan persalinan normal primigravida di BPS “” Desa Kecamatan Kabupaten

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan referensi bagi institusi pendidikan dalam meningkatkan kemampuan calon-calon bidan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi terjadinya ruptur perineum.
1.4.2 Bagi Tempat Penelitian
Dapat dijadikan dasar dalam meningkatkan kemampuan dalam melakukan pertolongan persalinan, sehingga dapat menekan timbulnya ruptur perineum
1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat di pakai untuk mnyusun rencana asuhan pada ibu hamil dalam hal psikologinya sehingga kecemasan pada saat persalinan bisa ditekan dan akan menekan pula ruptur perineum.

silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul

Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan K4 di Desa (kode080)

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia, dan dapat dinilai dari derajat kesehatan masyarakat. Padahal situasi derajat kesehatan Indonesia masih rendah. Hal itu bisa dibaca dari peringkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia yang masih pada peringkat 107 dari 177 negara berdasarkan penilaian lembaga kependudukan dunia, UNDP tahun 2007, berada di bawah Vietnam. Sekretaris Jenderal Depkes Dr Sjafii Ahmad MPH pada jumpa pers HKN ke-44 di Jakarta , memaparkan, rendahnya derajat kesehatan Indonesia lantaran masih tingginya angka kematian ibu, angka kematian bayi, dan angka gizi kurang.
Dari ketiga masalah tersebut, yang menjadi prioritas tertinggi yaitu angka kematian ibu hamil, karena rawannya masalah kesehatan ibu ini memberikan dampak yang bukan terbatas pada kesehatan ibu saja tetapi berpengaruh secara langsung terhadap kesehatan janin dan bayi. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002 – 2003, AKI di Indonesia masih tinggi, yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup. Di dalam buku Pedoman Pelayanan Antenatal Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes RI disebutkan bahwa situasi ini menjadikan AKI di Indonesia tertinggi di ASEAN, sehingga menempatkan upaya penurunan AKI sebagai program prioritas. Sedangkan menurut Profil Kesehatan Kabupaten angka kematian ibu maternal ( AKI ) adalah sebesar 94,5 per 100.000 kelahiran hidup.  Dirjen Bidang Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan, Dr Azrul Azwar mengatakan, tingginya AKI dapat disebabkan “3 TERLAMBAT”, yaitu terlambat mengambil keputusan, terlambat membawa ke rumah sakit dan terlambat mendapat pertolongan. Disamping itu akibat “4 TERLALU”,  yakni terlalu muda, terlalu banyak anak, terlalu sering hamil dan terlalu sering melahirkan.
Masalah tingginya kematian ibu hamil ini dapat kita cegah dengan mengadakan upaya promotif dan preventif, yang dapat dilakukan dengan kunjungan pemeriksaan kehamilan ibu hamil ke sarana kesehatan, minimal 4 kali selama kehamilan, dimana 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga. Dengan kunjungan pemeriksaan kehamilan rutin ini kesehatan ibu dan janin terpantau secara berkesinambungan, dan apabila ada komplikasi dalam kehamilan ibu tersebut dapat ditemukan sedini mungkin dan dilakukan penanganan cepat dari tenaga kesehatan. Dan didapatkan dalam Survei Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT ) 2001 angka kematian ibu maternal dapat diturunkan sampai 20% hanya dengan pelayanan kesehatan dasar seperti pelayanan antenatal.
Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Puskesmas tahun menunjukkan indikator kunjungan pemeriksaan kehamilan K4 belum mencapai target yakni hanya 84,06% dari target 94% yang ditetapkan Dinas Kesehatan Kabupaten berarti telah terjadi kesenjangan antara cakupan dengan target sebesar 9,94%, dan hal ini menjadi masalah kesehatan yang terjadi di Kecamatan .
Faktor – faktor menurut H.L Blum yang dapat mempengaruhi terjadinya suatu masalah kesehatan yaitu herediter, lingkungan, sarana pelayanan kesehatan, dan lifestyles. Lifestyles meliputi perilaku ibu hamil untuk datang memeriksakan kehamilan, sebelum seseorang berperilaku maka orang tersebut terlebih dahulu mempunyai sikap dan persepsi yang didapatkan dari pengalaman dan pengetahuan yang dialami sebelumnya. Hal tersebut dijadikan dasar dan paradigma untuk bertindak sehingga tingkat pengetahuan merupakan yang urgent dalam menentukan determinan perilaku (Notoatmodjo, 1997).
Penelitian terdahulu  yang dilakukan oleh Ichda Masrianto dan Moh Hakimi tentang Hubungan Pengetahuan, Sikap Ibu Hamil Terhadap Kunjungan Pelayanan Antenatal di Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga memperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap kunjungan antenatal.
Dari rekapitulasi PWS ( Pemantauan Wilayah Setempat ) KIA untuk 13 desa di wilayah Puskesmas bulan Januari sampai Desember didapatkan Desa memiliki cakupan kunjungan pemeriksaan kehamilan K4  yang terendah yaitu hanya sebesar 57,14%. Inilah alasan pemilihan Desa untuk dilakukan penelitian dan terapi komunitas untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu hamil terhadap kunjungan pemeriksaan kehamilan K4, sehingga cakupan kunjungan pemeriksaan kehamilan K4 dapat ditingkatkan pada tahun mendatang.

1.2    Rumusan Masalah
Adakah hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil dengan kunjungan pemeriksaan kehamilan K4 di Desa Kecamatan Kabupaten pada Januari sampai Mei ?

1.3         Manfaat Penelitian
1.3.1    Manfaat bagi Peneliti
1.    Sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan penelitian khususnya di bidang kesehatan.
2.    Sebagai sarana untuk mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah diperoleh di Fakultas Kedokteran .
1.3.2    Manfaat bagi Masyarakat
1.    Sebagai wacana pengetahuan masyarakat Desa Kecamatan Kabupaten .
2.    Sebagai sarana memperoleh pengetahuan masyarakat Desa
      Kecamatan Kabupaten tentang pentingnya memeriksakan
      kehamilannya minimal 4 kali ke sarana pelayanan kesehatan.
1.3.3    Manfaat bagi Institusi Kesehatan
1.    Sebagai bahan evaluasi terhadap program pemerintah dalam bidang Kesehatan Ibu dan Anak.
2.    Sebagai sarana untuk membantu meningkatkan persentase cakupan kunjungan pemeriksaan kehamilan K4 di Desa Kecamatan Kabupaten .
3.    Sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan dan penyusunan program-program Kesehatan Ibu dan Anak.

silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul